Ekonomi & Bisnis

Disdag Sosialisasi Pengembangan Informasi Peluang Pasar Perdagangan Luar Negeri

Ekonomi & Bisnis

5 Desember 2017 14:29 WIB

Sosialisasi pengembangan informasi peluang pasar perdagangan luar negeri. (solotrust.com/arum)





SOLO, solotrust.com - Realisasi ekspor Kota Solo menurun nilainya dari tahun 2012 yang mencapai US$ 40 juta menjadi US$ 24,5 juta pada 2016. Pemkot Surakarta melalui Dinas Perdagangan (Disdag) pun terus berupaya melakukan pengembangan ekspor. Diantaranya menggelar sosialisasi pengembangan informasi peluang pasar perdagangan luar negeri. Kegiatan itu menyasar 50 orang terdiri dari para eksportir, UMKM, asosiasi terkait, dan perusahaan-perusahaan di Solo.

"Kita memberikan pemahaman berkaitan dengan bagaimana menyiapkan ekspor tanpa hambatan. Agar tidak lagi dipertanyakan syarat-syaratnya terutama Surat Keterangan Asal. Sehingga ada kelancaran dalam melakukan ekspor. Tahu negara mana yang butuh barang-barang kita, dan tahu teknik-tekniknya," terang Kepala Disdag Kota Surakarta Subagiyo, di sela acara di The Sunan Hotel Solo, Selasa (5/12/2017).

Sementara itu, Asisten Pengembangan Perekonomian Pemkot Surakarta, Triyana mengajak para pedagang meningkatkan daya saing eskpor. "UKM harus melihat selera dan kebutuhan pasar sehingga bisa memasok disesuaikan kemampuan produktivitas. Tolong perhatikan desain produk, kualitas produk, dan produktivitas agar UKM mampu meningkatkan daya saing," tuturnya.

Adapun potensi perdagangan Kota Solo dinilai cukup bagus, dilihat dari adanya 44 pasar rakyat, 18.456 pedagang, 84 toko modern, 708 perusahaan perorangan, 327 perseroan terbatas, dan 260 CV/Firma. Namun sejauh ini pelaku ekspor baru 74 perusahaan. Dengan 14 jenis komoditi ekspor antara lain tekstil dan produk tekstil, batik, kantong plastik, mebel kayu, serta mebel rotan. Negara-negara tujuan ekspor menjangkau Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Jerman, dan negara-negara Uni Eropa.

Berdasar data, realisasi ekspor tahun 2012 mencapai volume 5.8 juta kg nilainya US$ 40,3 juta. Tahun 2013, jumlah volume ekspor menurun jadi 4,4 juta kg dengan nilai US$ 37 juta. Pada 2014 volume ekspor 4,4 juta kg dengan nilai US$ 35 juta. Tahun 2015 volume eskpor naik menjadi 4,7 juta kg namun nilainya menurun jadi US$ 30,7 juta. Sedangkan pada 2016, jumlah volume ekspor naik jadj 11,2 juta kg namun nilainya hanya US$ 24,5 juta. Sementara pada semester pertama 2017, volume ekspor hanya 3,2 juta kg dengan nilai US$ 13 juta.

Menanggapi hal tersebut, Subagiyo beralasan bahwa persaingan ekspor dengan negara lain ketat. "Bukan berarti dengan angka seperti itu menurun. Tapi berkaitan dengan strategi merebut pasar dengan harga yang lebih rendah tapi kualitas yang baik, membuat pelanggan jadi setia," ujarnya. (Arum)

(wd)