Pend & Budaya

UNS Kembangkan Potensi Desa Wisata Kampung Selo Beraksi

Pend & Budaya

28 November 2019 15:05 WIB

Kampung Selo Beraksi (Dok. Istimewa)

SOLO, solotrust.com - Kampung Selo Beraksi, Desa Pojok, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo menjadi objek yang dipilih Tim Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Sebelas Maret (UNS) untuk menjadi lokasi program pendampingan yang dilaksanakan sejak Maret 2019 lalu.

Ketua Tim P2M UNS, Ari Pitoyo, menuturkan program pendampingan bertujuan untuk mengembangkan desa wisata edukasi dengan aktivitas seperti penerapan teknologi hidroponik, dekomposing, dan digitalisasi pemasaran produk kreatif unggulan daerah.



"Tempat itu kaya akan produk unggulan, ada kerajinan tenun, suvenir dari limbah kain dan plastik. Kegiatan P2M UNS dengan dana dari kementerian ini diharapkan mampu mengembangkan Desa Pojok menjadi desa wisata edukatif sehingga memberdayakan warga secara ekonomi dan aktivitas positif," ujar Ari kepada solotrust.com, Kamis (28/11/2019).

Lanjut dia, tema yang diusung dalam program pendampingan ini adalah "Akselerasi Kampung Selo Beraksi". Ia menjelaskan, ada tiga permasalahan dalam pengembangan desa wisata.

"Permasalahannya meliputi tata kelola ruang dan lingkungan yang lemah, kurang optimalnya unit-unit kegiatan yang telah dilakukan, promosi dan pemasaran desa wisata serta produk kreatif dan unit usaha sayur organik kurang memadahi,” beber dia yang satu tim dengan A Eko Setyanto dari FISIP UNS dan R Kunto Adi dari FP UNS.

Lebih jauh dijelaskan Ari, sejumlah permasalahan menyangkut tata ruang, antara lain seperti kebutuhan akan kemudahan informasi menuju lokasi kawasan, peremajaan maupun pengecatan ulang spot-spot di area wisata, penanganan permasalahan lingkungan berupa limbah sampah dan ternak perlu diperhatikan.

"Masalah ini membutuhkan teknologi tepat guna sehingga dapat memberikan nilai tambah secara estetika maupun ekonomi dengan cara dikonversi menjadi pupuk atau produk turunannya," terangnya.

Sedangkan belum optimalnya unit-unit kegiatan, salah satunya tampak pada unit hidroponik disebabkan kondisi suhu berlebih di rumah kaca ruang hidroponik sehingga memaksa mitra memasang paranet untuk peneduh.

"Upaya ini kurang efektif mengurangi suhu di dalam rumah kaca sehingga intensitas dan kualitas cahaya belum sesuai yang dibutuhkan tanaman," katanya.

Menurutnya, solusi tepat adalah dengan pemberian aerasi untuk menurunkan suhu rumah kaca tanpa harus mengorbankan kualitas cahaya. Selain itu, unit-unit hidroponik membutuhkan beberapa instalasi baru untuk mengejar kapasitas produksi.

Lalu, terkait promosi dan pemasaran kawasan desa wisata di Desa Pojok ini harus digencarkan melalui terobosan-terobosan kreatif seperti pemanfaatan teknologi informasi.

"Tim kami membuat digitalisasi produk-produk unggulan daerah dalam bentuk aplikasi dan katalog daring (dalam jaringan). Di samping itu, kami mencoba menghadirkan solusi melalui pembuatan alat dekomposer limbah organik, hidroponik dengan ruang berpengatur suhu berteknologi sel surya dan sistem otomatis thermostat untuk mengatur suhu rumah kaca hidroponik yang sesuai kebutuhan tanaman," papar dia. (adr)

(redaksi)