Pend & Budaya

Cerita Guru Besar Termuda dari UNS, dari Korban Bullying Hingga Pernah Dijuluki Gombloh

Pend & Budaya

24 Desember 2017 18:32 WIB

Guru besar termuda dari UNS Solo, Prof Dr Adi Sulistyono SH MH. (solotrust-mia)

SOLO, solotrust.com - Prof Dr Adi Sulistyono SH MH dikenal sebagai guru besar termuda di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Pada 2007, Pembantu Rektor UNS Bidang Kerja Sama ini dikukuhkan sebagai guru besar UNS ke-73 pada usia 44 tahun.

Namun di balik prestasinya, tidak ada yang tahu perjuangannya dalam meraih kesuksesan. Dalam seminar Cyber Bullying Zaman Now di Monumen Pers Nasional, Sabtu (23/12/2017), Adi menceritakan kembali masa kelamnya pada masa kanak-kanak.



Ia mengaku pernah mengalami bullying sewaktu duduk di bangku sekolah lantaran kurang cerdas. "Saya dilahirkan dalam keadaan tidak cerdas. Jadi di sekolah, saya dijuluki gombloh (artinya: bodoh sekali). Saya kalau dijelaskan sama guru, tidak paham sekali," ceritanya.

Karena sering diolok-olok temannya, Adi pun sempat membolos sekolah. Namun untungnya, dia dapat menyelesaikan pendidikannya di sekolah dasar (SD).

Hingga mengenyam pendidikan di tingkat sekolah menengah pertama (SMP), Ketua Senat Fakultas Hukum UNS ini pun memilih untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta. "Di SMP, saya mulai protes sama Tuhan. Bahkan SMA kelas 1, saya sudah rajin Salat Tahajud karena protes sama Tuhan, saya pengin otak saya dibuat cerdas dikit," ungkapnya.

Ribuan doa yang dipanjatkan setiap malam akhirnya perlahan-lahan dikabulkan oleh Tuhan. Disertai dengan ketekunannya dalam belajar, Adi berhasil menjadi salah satu siswa yang diterima di Univertas Diponegoro (Undip).

"Di SMA, saya mulai bisa berpikir. Matematika saya mulai bagus. Jadi mungkin kalau orang lain belajarnya bisa sebentar, saya bisa belajar seharian. Menang tekun," kata dia.

"Di SMA swasta itu, yang keterima Undip itu cuman dua. Saya kebetulan keterima karena bejo. Karena saya merasa tidak pintar sekali. Sejak mulai mahasiswa, saya sudah merasa setara dengan yang lain," lanjut dosen Fakultas Hukum UNS ini.

Adi pun bersyukur dapat mengejar impiannya meskipun pernah menjadi korban bullying. "Saya bersyukur kini saya menjadi dosen. Lalu menjadi dekan itu saya termuda di seluruh Indonesia. Padahal dulu dijuluki gombloh. Waktu menjadi guru besar juga, saya menjadi yang termuda dan tercepat di UNS, 44 tahun. Semua itu berkah dari Tuhan," katanya mengakhiri kisah hidupnya yang inspiratif. (mia)

(way)