Pend & Budaya

UNS Kukuhkan Guru Besar Bidang Kualitas Tanah

Pend & Budaya

3 April 2018 12:20 WIB

foto: Twitter/UNS Official

Solotrust.com- Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, memberikan gelar akademik tertinggi kepada Dr. Ir. Supriyadi, MP. Supriyadi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Kualitas Tanah pada Fakultas Pertanian UNS. Pengukuhan guru besar tersebut digelar di Auditorium kampus setempat, Selasa (3/8/2018).

Pada pidato pengukuhannya, Prof Supriyadi menyampaikan tema tentang "Kualitas Tanah Kunci Pertanian Berkelanjutan". “



Kebijakan pembangunan pertanian sampai saat ini masih mengedepankan kuantitas produksi yang menyebabkan tekanan dan eksploitasi sumber daya tanah secara berlebihan," Tutur guru besar ke-189 UNS tersebut.

Misalkan saja seperti penggunaan bahan agrokimia (pupuk anorganik dan pestisida) yang berlebihan mengakibatkan degradasi kesuburan tanah dan ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah. Lahan sawah yang dipupuk N-P-K yang berlebihan memacu proses dekomposisi bahan organik tanah, akibatnya sebagian besar lahan sawah intensif kandungan bahan organiknya kurang dari 2 persen.

Hal tersebut membuat tanah tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik sebagai lahan pertanian. Selain penurunan jumlah dan kualitas bahan organik tanah, fungsi tanah untuk produksi pertanian tidak berjalan dengan baik juga bisa disebabkan adanya masalah dengan agregasi tanah, struktur tanah, dan terdapat lapisan padas/beracun yang membatasi pertumbuhan akar.

Supriyadi secara konsisten telah melakukan penelitian terkait keamanan dan kualitas tanah, misalnya di kawasan sub-DAS Bengawan Solo Hulu (2014) berdasar indikator sifat kimia tanah, menunjukkan bahwa indeks kualitas tanah lebih tinggi dibanding dengan indeks kualitas tanah hutan sekunder. Hasil penelitian Supriyadi, menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi lahan pertanian di DAS Bengawan Solo Hulu Sub DAS Keduang dapat menurunkan kualitas tanah.

Supriyadi juga melakukan penelitian yang serupa di Kabupaten Demak (2016), Kabupaten Sragen dan Pati (2016), Merauke Papua (2015-2017) serta di Susukan Semarang (2017).

Dari berbagai hasil penelitian tersebut, Supriyadi merekomendasikan, menggunakan bioindikator yang merupakan salah satu alternatif mudah, murah dan relatif cepat untuk menilai keamanan dan kualitas tanah. Biota tanah memiliki peran terhadap kesuburan tanah, pertumbuhan dan produksi tanaman, serta sifat-sifatnya yang peka terhadap perubahan lingkungan (misalnya kadar bahan organik tanah).

Kedua, interaksi antar biota tanah dan peran ekologisnya harus dipertimbangkan karena kisaran ukuran biota tanah yang sangat lebar (dari mikroba sampai cacing tanah). Ketiga, keanekaragaman biota tanah dapat ditingkatkan dengan praktek ekofarming berbasis konservasi dengan pengolahan tanah minimum, pengurangan dosis pupuk anorganik, pergiliran tanaman, pemupukan pupuk hayati, penambahan bahan organik terbukti dapat meningkatkan atau memulihkan keanekaragaman biota tanah.

Keempat perlu dilakukan penataan materi pendidikan dan penelitian bidang ilmu tanah untuk menyikapi paradigma baru tentang ilmu tanah, yakni pengelolaan sumber daya tanah yang berlandaskan konsep kualitas, kesehatan dan keamanan tanah. (mia)

(wd)