Hard News

Pelarangan Mudik, Dishub Jateng Siapkan 3 Skenario

Sosial dan Politik

12 April 2021 22:59 WIB

Aktivitas arus mudik di Terminal Tipe A Tirtonadi Solo, Jumat (22/06/2018). (solotrust.com/adr)

SEMARANG, solotrust.com – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) menyiapkan tiga skenario sebagai langkah antisipasi menyusul adanya pelarangan mudik pada 6 hingga 17 Mei 2021.

Diketahui, pemerintah resmi melarang masyarakat untuk melakukan mudik Lebaran 2021. Larangan itu tertuang dalam Surat Edaran Kepala Satgas Penanganan Covid-19 Nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik pada Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah selama 6 hingga 17 Mei 2021.



Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jawa Tengah Henggar Budi Anggoro menyatakan ada tiga skenario akan dilakukan.

“Sekarang ini kita coba antisipasi untuk pelarangan mudik di tahun 2021 ini. Kita ada skenario tiga cara,” katanya di kompleks kantor Gubernur Jateng, Kota Semarang, Senin (12/04/2021), dilansir dari Portal Resmi Provinsi Jawa Tengah, jatengprov.go.id.

Skenario pertama, jelasnya, adalah pralarangan dari 1 hingga 5 Mei sebagai antisipasi mudik dini. Berdasarkan data Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan ada potensi warga melakukan mudik dini, yakni sekira 20 persen.

“Data survei Kementerian Perhubungan, ada potensi pemudik Jawa Tengah sekitar 4,6 juta. Kami coba antisipasi dengan melakukan posko mobile. Posko mobile ini tentunya kami bekerja sama dengan instansi terkait, dari kabupaten dan kota, TNI–Polri. Harapannya seperti yang disampaikan Dirlantas (Dirlantas Polda Jateng), sebelum masa pelarangan ini juga sudah ada pembatasan pergerakan orang yang masuk ke Jawa Tengah,” sambung Henggar.

Sementara skenario kedua, yakni terkait orang-orang yang sudah terlanjur mudik dengan berbagai cara dan sudah sampai di kampung halaman. Tentunya nanti yang digunakan adalah optimalisasi pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro.

“Di Jawa Tengah ini kan kita tahu, kita kenal dengan Jogo Tonggo. Nanti optimalisasinya di situ. Jadi itu yang akan melakukan penanganan terhadap orang yang terlanjur mudik dan sudah sampai ke kampung halaman,” imbuhnya.

Henggar menuturkan, skenario ketiga pihaknya akan melakukan operasi pada saat pelarangan. Tentunya nanti titik-titiknya ditentukan oleh kepolisian. Mengingat, hal itu merupakan bentuk sinergi antarberbagai pihak.

“Kita bersama di situ, sinergi di lapangan,” tutur dia.

Berdasarkan catatannya tahun lalu, pemudik di Jawa Tengah menggunakan moda transportasi darat, laut, dan udara totalnya sekira 661 ribu orang. Jumlah itu berdasarkan mereka yang mudik karena memang dengan berbagai alasan.

Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Jateng, Kombes Pol Rudy Syafirudin, mengatakan, Polri juga melakukan kegiatan sosialisasi agar masyarakat tak mudik tahun ini. Pasalnya, jika mudik tetap dilakukan akan membahayakan pihak lain. Hal itu untuk memastikan keselamatan bagi pemudik dan orang yang dikunjunginya.

“Itu yang paling masif kita kerjakan,” kata dia.

Menurut Kombes Pol Rudy Syafirudin, saat pelaksanaan kegiatan, pihaknya akan menempatkan personel di rest area selama 24 jam. Di rest area itu, pihaknya akan mengingatkan masyarakat agar berada di tempat itu hanya 50 persen dari kapasitas.

“Tidak boleh lebih supaya penekanan angka Covid-19 di kita itu tetap menurun, stabil, “ harapnya.

Sementara untuk penyekatan, Kombes Pol Rudy Syafirudin menyiagakan 14 pos lokasi penyekatan, tersebar di Jawa Tengah. Sementara saat kegiatan, Polri akan menyiagakan 198 pospam dengan 11.217 orang personel.

(redaksi)