Solotrust.com - Seorang penampil wanita terlihat berdiri mengangkat salah satu ujung dari properti séng yang tergulung. Wanita dengan menggunakan dress panjang itu pun terjatuh di atas séng yang coba diangkatnya lalu terdiam beberapa saat.
Perlahan, ia bangkit dan mencoba mengangkat salah satu ujung properti séng yang digunakan. Wanita itu kemudian menendang séng yang tergulung dan menelungkupkan unjung-ujung séng yang ia pegang menutupi kepalanya.
Itulah salah satu karya Sekar Tri Kusuma berjudul 'A While' yang menjadi salah satu penampil acara Tidak Sekedar Tari (TST) #68 di Taman Budaya Jawa Tengah, Selasa (22/6/2021) malam. Acara ini terselenggara berkat kerja sama Taman Budaya Jawa Tengah, Komunitas Wisma Seni, Studio Taksu, dan Yayasan Taksu.
Usai penampilan dan di antara jeda penyaji, Sekar Tri Kusuma menjelaskan penampilannya yang masih work on proggres.
"Karya ini terinspirasi ketika saya sedang sakit. Waktu itu saya dianjurkan untuk istirahat total, bahkan saya diminta untuk tidak melakukan aktivitas berat, terutama menari. Di saat itu saya bertanya, apakah saya yang menyebabkan sakit? Di momen tersebut saya kemudian tertarik untuk menelisik tentang apa itu diam?" jelas dia.
Sekar Tri Kusuma mengungkapkan, penggunaan properti séng sebenarnya adalah tantangan untuk melakukan perlawanan terhadap rasa takut dirinya dengan melakukan beberapa gerakan diam. Saat kecil, dirinya mengakui sangat takut dengan bunyi yang diakibatkan séng, apalagi ketika hujan turun.
"Diam itu gestur yang paling kuat ketika seseorang melakukan perlawanan," lanjut Sekar Tri Kusuma.
Penampil kedua dalam acara TST malam itu ialah kelompok 567eight Dance. Mereka menampilkan karya berjudul Part of Ramayana Urban dengan koreografer Muslimin. Cerita Ramayana yang biasa ditampilkan dengan tari dan musik tradisi, malam itu disajikan menggunakan gerakan tari serta musik hip hop oleh remaja. (dd)
(and_)