SOLO, solotrust.com - Perayaan kemerdekaan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Tak hanya melalui upacara atau pesta rakyat, seniman di Kota Solo memilih merayakannya lewat panggung seni.
Hal ini terlihat dalam gelaran Tidak Sekedar Tari (TST) edisi ke-94 yang berlangsung di Pendopo Wisma Seni Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Rabu (27/08/2025) malam. Mengusung tajuk ‘Refleksi Kemerdekaan-Sebuah Perjalanan Panjang’, acara ini menghadirkan berbagai karya tari dan pertunjukan seni sarat makna perjalanan bangsa.
Para penampil mengajak penonton tidak sekadar menikmati keindahan gerak, namun juga merenungkan kembali arti kemerdekaan dalam konteks kehidupan berbangsa dan berkebudayaan.
Pertunjukan dibuka Darsono Djarot melalui karya berjudul ‘10 Windu Sudah dan Kita Jangan Sakit’. Dilanjutkan penampilan Fajar Satriadi bersama Komunitas Mantra Gula Kelapa dengan karya ‘Membelah Kabut’, kemudian Sri Setyoasih yang membawakan ‘Blonyo’, serta Yuli Komang lewat tarian klasik ‘Trunajaya’.
Acara rutin bulanan ini selalu digelar setiap pukul 19.30 hingga 22.00 WIB di Pendopo Wisma Seni TBJT Surakarta. Penonton tidak hanya datang dari kalangan masyarakat umum, namun juga mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, komunitas seni, hingga para empu tari.
Darsono Djarot, salah satu penggagas TST, menegaskan kesenian merupakan bagian dari kebudayaan yang lahir dari pergaulan.
“Kesenian menumbuhkan relasi, loyalitas, gotong royong, dan kolektivitas. TST menjadi wadah bagi seniman untuk mengekspresikan ide kreatif,” ujarnya.
Selain pertunjukan, TST juga menghadirkan forum diskusi sebagai ruang interaksi antara penonton, pengkarya, dan moderator. Hal ini menjadikan TST bukan sekadar ruang apresiasi seni, melainkan juga tempat bertukar gagasan.
Seniman Fajar Satriadi menambahkan, program ini merupakan wadah kreatif memungkinkan seniman lebih bebas mengekspresikan karya sesuai proses kreatif masing-masing.
“Hal terpenting adalah tetap memahami kaidah-kaidah kekaryaan,” jelasnya.
Gelaran ini terselenggara atas kerja sama antara Taman Budaya Jawa Tengah, Komunitas Wisma Seni, Studio Taksu, Yayasan Ekosdance, Surakarta Lighting Club, serta Sapu Jagad Squad. Melalui kolaborasi tersebut, Tidak Sekedar Tari terus hadir sebagai ruang seni yang menghidupkan refleksi, kreativitas, sekaligus memperkaya khazanah budaya Nusantara.
*) Reporter: Sabna Aish Tartila
(and_)