Serba serbi

Ternyata IDI Tak Beri Rekomendasi Ivermectin untuk Pasien Covid-19

Kesehatan

29 Juni 2021 16:55 WIB

ilustrasi Ivermectin. (Foto: Brazilian Report)

SOLO, solotrust.com - Popularitas Ivermectin saat ini sedang naik daun. Sebab obat ini menjadi kandidat terkuat untuk menyembuhkan pasien Covid-19. Meski sejumlah penelitian dan uji di beberapa negara menunjukkan hasil baik, namun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI masih perlu mengumpulkan banyak data sebelum nantinya mengizinkan Ivermectin digunakan untuk terapi pasien Covid-19 secara menyeluruh.

Namun Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tidak memberikan rekomendasi penggunaan Ivermectin untuk pengobatan pasien terpapar Covid-19.



Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar IDI, Zubairi Djoerban menyebut meskipun Ivermectin memiliki potensi antiviral pada uji secara in-vitro di laboratorium, namun hal tersebut belum menjadi evidence-based medicine (EBM).

"IDI tidak merekomendasikan penggunaan Ivermectin pada pasien Covid-19 untuk sekarang ini, sama sekali tidak merekomendasikan," kata Zubairi, Selasa (29/6).

BPOM saat ini telah mengeluarkan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) Ivermectin sebagai obat terapi Covid-19 di delapan rumah sakit, yakni RS Persahabatan Jakarta, RS Sulianti Saroso Jakarta, RS Sudarso Pontianak, RS Adam Malik Medan, RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, RS Angkatan Udara Jakarta, RS Umum Suyoto Jakarta, dan RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet.

Uji klinis berlangsung tiga bulan dengan pemberian obat kepada pasien selama lima hari dan pemantauan dimulai 28 hari setelah pemberian obat.


Kini IDI masih menunggu hasil laporan uji klinik dan evaluasi BPOM sebelum memrekomendasikan penggunaan Ivermectin kepada para dokter sebagai obat terapi Covid-19.

"Jadi kalau sudah dapat izin BPOM untuk dipakai, kemudian IDI akan mempelajari berdasarkan izin di negara lain, kemudian baru merekomendasikan ke dokter-dokter," tambahnya.

Namun IDI mendukung uji klinis lebih luas untuk Ivermectin. Di beberapa negara, uji klinis penggunaan Ivermectin sebagai salah satu obat terapi Covid-19 sudah dilakukan. Hasilnya ada beberapa negara menunjukkan respons baik, namun ada pula yang menunjukkan respons sebaliknya.

"Saat ini WHO dan FDA sudah merekomendasikan Ivermectin untuk terus digunakan dalam rangka uji klinis. Rekomendasi WHO untuk menggunakan Ivermectin secara luas agar data yang didapat dapat semakin mendekati kebenaran karena sudah direkomendasikan dalam rangka uji klinis. Kami meminta pemerintah untuk dapat segera menggunakan Ivermectin secara luas dan banyak dalam rangka uji klinis," papar Ketua Umum IDI, Daeng M Faqih.

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra mengungkapkan penggunaan Ivermectin saat ini masih terbatas serta hanya dapat dilakukan di bawah pengawasan dokter.

"Jadi tidak semua pasien bisa digeneralisasi, melainkan pasien dengan kondisi tertentu yang bisa diberikan terapi, dan itu menjadi kewenangan dokter," kata Hermawan.

Ivermectin memiliki cara kerja menghambat pembentukan protein yang dimiliki virus Covid-19 untuk beranak-pinak. Sehingga jika pertumbuhan virus dihambat, maka akan membantu proses penyembuhan pasien lebih cepat.


“Dimana untuk replikasi atau beranak-pinak jadi banyak itu membutuhkan pembuatan protein. Semakin banyak protein yang terbentuk untuk menjadikan anak-anak virus atau virion, maka itu akan semakin cepat replikasinya. Lha obat ini ivermectin itu cara kerjanya menghambat pembentukan protein, sehingga dengan obat ini maka beranak-pinaknya virus dapat ditekan sehingga menghambat pertumbuhan virus dan dapat menyembuhkan paisen Covid-19,” papar Ketua IDI Sukoharjo, dr Iskandar.

Menurutnya di beberapa daerah Soloraya, sejumlah dokter telah meresepkan ivermectin dalam obat terapi Covid-19. Namun obat tersebut hanya diberikan dalam kondisi tertentu. Menurut laporan yang diterima, pasien yang diberi Ivermectin menunjukkan respons baik.

“Dari testimoni teman-teman sejawat disinyalir memang ada respons baik,” tambahnya.

Selama ini penggunaan Ivermectin sebagai obat cacing terbukti aman jika dikombinasikan dengan obat-obatan lainnya.

“Jadi jika memang ke depannya terbukti itu bisa dikombinasikan dengan obat Covid-19 yang lain, misal dengan obat penurun panas, penambah antibodi lain, bisa nanti digunakan bareng-bareng seperti itu. Selama ini tidak ada interaksi yang berbahaya,” tandasnya.

Tak hanya Ivermectin, terdapat beberapa obat lain yang saat ini tengah diproses dan diteliti untuk pengobatan pasien Covid-19. Sebab hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat membunuh virus, melainkan hanya menghambat replikasinya dalam tubuh, termasuk obat avigan dan remdesivir.

(zend)