Solotrust.com - Masyarakat Jawa semenjak zaman dahulu, sebelum datangnya berbagai agama di Nusantara sudah memiliki sikap atau pelajaran sopan santun dan budi pekerti, termasuk menghormati sesama makhluk hidup. Pun demikian dengan seseorang yang belajar atau mempelajari ajaran kasepuhan.
Ki Ajar Damar Shasangka, seorang penulis novel sejarah serta guru ajar dari Patêmbayan Jawadipa dalam akun Facebooknya, Damar Shasangka memaparkan sebuah ajaran bernama susila anuraga.
"Seorang cantrik atau siswa yang menekuni ajaran kasepuhan, hal pertama yang menjadi nilai lebih dari kepribadiannya adalah sikap susila anuraga atau atittude yang baik," terang Damar Shashangka dalam tulisannya.
Ditambahkan, susila anuraga harus diterapkan kepada guru, sesama cantrik atau kepada orang lain. Menurutnya, sepintar-pintarnya seseorang bisa mempelajari kitab, merapal mantra melakukan tapa brata, memiliki berbagai kesaktian, namun apabila tidak memiliki sikap susila anuraga, semuanya tidak akan berguna.
"Ajaran Jawa mengutamakan susila anuraga," lanjut Damar Shashangka.
Secerdas maupun sepandai apa pun manusia Jawa tetap harus dituntut sopan, lemah lembut, menunduk rendah hati, patuh kepada guru serta menghargai siswa dan sesamanya.
"Nilai-nilai ini sudah digariskan sedemikian rupa oleh leluhur Jawa semenjak dahulu." terangnya kemudian.
Damar Shashangka memaparkan, kata kasinggihan atausinggih merupakan sebuah cermin dari susila anuraga. Kasihinggihan atau singgih sendiri juga berarti yang membenarkan, menghargai, bersikap, dan merendahkan diri kepada apa yang diucap.
"Sekali lagi, susila anuraga adalah kunci penghayat keluhuran Jawa dan Nusantara," jelasnya lagi.
Patêmbayan Jawadipamerupakan wadah komunitas yang mempelajari ajaran-ajaran Jawa asli sebelum masuknya agama Buddha, Hindu, Islam, dan Kristen di tanah Jawa.
Memasuki tahun baru Jawa 1 Suro 1955 Alip, Patêmbayan Jawadipa telah melakukan jamasan sarira ataujamasan badan dilakukan pada Senin (09/08/2021) malam secara virtual, diikuti sekira 200 cantriknya. (dd)
(and_)