Solotrust.com - Matahari senja perlahan mulai berangsur tenggelam di ufuk barat kala Solotrust.com menyambangi sebuah petilasan yang terletak di Beton, Kampung Sewu, Solo pada Kamis (29/9/2021). Petilasan yang coba disambangi kali ini ialah petilasan Ringin Pamrih atau sebagian orang juga mengenalnya dengan nama Ringin Sepuh.
Saat Solotrust.com hendak masuk ke lokasi petilasan terlihat warga sekitar tengah duduk di pendopo bekas kelurahan.
"Monggo (Mari) mas, pinarak (silahkan)," sapa seorang warga dengan ramah ketika mengetahui alasan kedatangan Solotrust.com sore itu.
"Disini sering digunakan untuk tirakat. Namun belakangan ini jarang ada yang menengok tempatnya," lanjut warga sekitar yang tidak menyebutkan namanya tersebut.
Saat hendak ditanyai tentang asal-usul dari ringin tersebut, warga yang menyambut tadi hanya mengetahui secuil bahwa ringin Pamrih tersebut dahulunya ditanam orang dari Keraton Mataram Islam.
Ada rasa tentram yang dirasakan saat menginjakan kaki disekitar petilasan Ringin Pamrih seperti suasana yang akrab dikunjungi di beberapa petilasan lainnya.
Kanjeng Nuky dalam akun instagramnya @kanjengnuky yang merupakan Sentana Dalem PB X menjelaskan bahwa cikal bakal Ringin Pamrih merupakan sebuah tongkat yang ditancapkan oleh RM Sujana putra dari Raja Keraton Kartasura kala itu, yakni Raja Amangkurat IV atau Amangkurat Jawi saat mengolah kepekaan batin dan jiwa serta melatih kanuragan salah satunya di sekitar Sungai Bengawan Solo.
"Salah tempat favorit beliau sesirih dan mengolah diri adalah di pinggir Bengawan Solo," ujar Kanjeng Nuky.
"Tempat dimana beliau duduk ditancapkan bekas tongkatnya yang tumbuh menjadi pohon. Pohon Pamrih atau disebut Ringin Sepuh," tulisnya kembali.
Sedangkan RM Sujana sering melemparkan cincin berliannya ke dalam Bengawan Solo yang kemudian diambilnya kembali dengan cara menyelam.
RM Sujana memang dikenal sering mengasah kepekaan jiwa dan raganya sehingga terbentuklah watak ksatria yang memiliki rasa tanggung jawab yang besar.
Kelak di kemudian hari RM Sujana dikenal dengan nama Pangeran Mangkubumi lalu menjadi Raja Kasultanan Yogyakarta dengan nama Hamengku Buwono I (HB I).
Semenjak tahun 2014, Petilasan Ringin Pamrih sudah menjadi cagar budaya dan hal itu dibuktikan dengan adanya prasasti cagar budaya yang berada di area petilasan. (dd)
(zend)