SOLO, solotrust.com - Pelestarian kebudayaan Jawa semakin mendapatkan perhatian khusus pemerintah Kota (Pemkot) Solo. Adapun untuk mempromosikan budaya Jawa, terutama ke kalangan generasi muda, Dinas Kebudayaan menggelar Festival Kebudayaan Jawa pada Sabtu dan Minggu (09-10/10/2021) di Ndalem Purwahamijayan Baluwarti Solo.
Kepala Bidang Pelestarian Budaya Dinas Kebudayaan Kota Solo, Is Purwaningsih, mengatakan sebenarnya ini adalah upaya pemerintah kota melestarikan budaya, ditandai dengan gelaran berbagai acara untuk pelestarian budaya.
"Saat ini kami lagi gencar-gencarnya menggiatkan lagi seni tradisi atau festival atau kegiatan yang tepat untuk pelestarian budaya. Jangan sampai tradisi ini tergerus oleh budaya asing yang masif sekali masuk ke Indonesia," paparnya, saat jumpa pers, Jumat (08/10/2021).
Is Purwaningsih menjelaskan, kegiatan Festival Kebudayaan Jawa meliputi tata cara peragaan panggih pengantin, tedak siten, tingkeban atau mitoni, dan procotan; peragaan pakaian adat Jawa dan prajurit keraton; hingga lokakarya tata rias pengantin adat Jawa; pameran keris, wayang, pakuwon, perabot pengantin, jamu, januran, lamaran, batik, dan sesaji.
Pihaknya mengakui upaya pelestarian budaya ini mungkin terlambat dibandingkan daerah lain yang sudah mulai sebelum 2000. Kendati demikian, kegiatan ini sesuatu yang harus didukung untuk menunjukkan bagaimana Solo sebagai pusat budaya Jawa.
"Meski terlambat, tetapi tidak apa-apa. Bagaimana Solo mengemas kegiatan festival budaya sebagai salah satu destinasi budaya dan diplomasi budaya karena DNA Indonesia itu budaya," kata Is Purwaningsih.
Pelaksana Festival Budaya Jawa, Daryono menambahkan, salah satu alasan penyelenggaraan Festival Kebudayaan Jawa ini adalah belum ditemukannya kegiatan serupa, padahal Festival Budaya Sunda, Melayu, dan Bali sudah ada.
"Festival Kebudayaan Jawa ini diadakan mengingat salah satu alasan orang datang ke suatu negara atau destinasi adalah ketertarikan pada budaya. Ketertarikan budaya wisatawan atau orang umum itu sangat tinggi dan mempelajari suatu budaya itu butuh waktu lama," jelas Daryono.
Selain itu, pihaknya mengadakan survei kecil untuk melihat sejauh mana minat milenial terhadap jurusan budaya. Ternyata hasilnya cukup miris, di Solo anak yang tertarik pada bidang seni budaya hanya 20 persen, sedangkan Soloraya 40 persen, dan sisanya dari luar kota.
"Ini tentunya menjadi satu perhatian, apalagi pemerintah kota selalu menekankan 'Solo Masa Depan adalah Solo Masa Lalu'. Kami menyadari betul peradaban budaya ini harus berkelanjutan, untuk itu ada satu event yang bisa mengangkat kembali budaya Jawa ke generasi muda," kata Daryono.
Diungkapkan, Dalem SISKS Pakoe Boewono X menyampaikan Kuncara Ruming Bangsa Dumunung Haning Luhuring Budaya. Artinya, keluhuran suatu bangsa terletak di keluhuran budayanya.
"Untuk itulah kegiatan Festival Kebudayaan Jawa ini diadakan karena layak dikemas sebagai konservasi dan daya tarik utama Solo sebagai kota budaya. Pelestarian budaya ini butuh dukungan semua pihak," ujar Daryono.
Adapun peserta Festival Kebudayaan Jawa ini melibatkan pelaku seni budaya praktis dan akademis seni budaya Jawa, sanggar dan komunitas seni budaya, serta tokoh masyarakat Jawa di Solo, pemerintah pusat hingga pengamat. (rum)
(and_)