Entertainment

Sutradara Hwang Donghyuk Ingin Gambarkan Kapitalisme Secara Realistis Lewat Squid Game

Musik & Film

26 November 2021 10:07 WIB

Sutradara Hwang Donghyuk saat mengarahkan aktor Lee Jung Jae dalam serial "Squid Game" (Dok. Netflix)

Solotrust.com -Sutradara "Squid Game" Hwang Donghyuk mengatakan bahwa serial itu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan tentang masyarakat kapitalis modern yang memojokkan orang ke dalam persaingan ekstrem.

"Saya pikir kapitalisme telah membuktikan keterbatasannya sendiri di abad ke-21. Semua orang menghadapi situasi persaingan yang ketat dan mereka terseret ke bagian paling dasar dari lapisan masyarakat jika mereka gagal bertahan dalam persaingan," kata Hwang dalam pidato online selama acara SBS D Forum, yang diselenggarakan oleh SBS TV pada Kamis (18/11/2021).



Dalam "Squid Game", karakter Song Ki Hoon yang diperankan oleh Lee Jung Jae menjadi pemenang terakhir dalam permainan mematikan yang dimainkan 456 pemain yang memiliki masalah ekonomi pelik. Ki Hoon yang memenangkan hadiah uang sebesar 45,6 miliar Won itu adalah salah satu korban dari masyarakat kapitalis yang membuatnya bergumul dengan kegagalan bisnis, perceraian, dan hutang yang besar.

Meski begitu, Ki Hoon tidak kehilangan kemanusiaannya meski berada di bawah tekanan hidup dan mati serta iming-iming sejumlah besar uang. Ki Hoon tetap menunjukkan simpati kepada peserta yang lebih lemah.

Di episode terakhir, Ki Hoon bahkan mengatakan melalui telepon kepada orang-orang di balik kompetisi misterius itu bahwa dia bukanlah kuda, yang seperti kuda pacuan dalam permainan, namun dia adalah manusia.

"Itu sebabnya aku ingin tahu siapa kalian dan bagaimana kalian dapat melakukan kekejaman seperti itu terhadap orang-orang," katanya.

Ki Hoon yang saat itu sedang akan naik pesawat untuk melihat putrinya di Amerika Serikat, akhirnya memutuskan untuk meninggalkan bandara dan terus bertanya siapa yang membuat sistem kompetisi itu di masyarakat dan siapa yang membuat mereka terpojok untuk mengikuti kompetisi itu.

"Ini adalah pertanyaan yang ingin saya tanyakan kepada semua orang yang hidup di tengah pandemi di abad ke-21 ini," kata Hwang.

Sejalan dengan niatnya untuk menggambarkan kapitalisme secara realistis, Hwang mengatakan adegan kekerasan yang menampilkan pasukan berbaju pink yang menembak pemain yang kalah mencerminkan orang-orang yang gagal atau pecundang dalam kompetisi dalam bahasa yang dramatis.

"Kekerasan dalam pertunjukan terlihat sangat hidup, tetapi itu kiasan dan alegoris. Itu mencerminkan orang-orang yang menemui jalan buntu setelah gagal bertahan dalam masyarakat yang kompetitif," kata Hwang. (Lin)

(wd)