SOLO, solotrust.com - Harga kacang kedelai impor masih terus melambung. Terpantau hari ini (21/2) harga keledai impor menyentuh Rp 11.050 per kilogram.
Salah satu pengrajin tahu dan pengecer kedelai di Kampung Krajan, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, Cicik mengeluh karena kenaikan harga kedelai sudah dimulai sejak pertengahan Januari lalu.
“Harga sekarang Rp 11.050 sudah tiga hari ini. Sebelumnya Rp 10.800 terakhir naik-naik terus. Hari ini enggak tau puncaknya bukan. Kenaikan cepat sekali mulai Rp 8.000, dari sebelum Imlek tapi setelah tahun baru (Januari 2022),” ujar Cicik.
Dampak dari kenaikan harga tersebut, ia mengaku beberapa pengrajin terpaksa menaikkan harga jual tahu dan tempe.
“Saat ini kebanyakan pengrajin tempe menaikkan harga, karena tempe kan enggak bisa ya dipotong. Kalau tahu harganya sama, ukurannya sedikit lebih kecil,” jelasnya.
Karena harga yang masih belum stabil dan terus merangkak naik, para pengrajin tempe dan tahu mengalami kesulitan. Mereka nyaris tidak mendapat laba setiap harinya karena hasil penjualan hari sebelumnya tidak dapat menutup harga kulakan kedelai esok harinya.
Pengrajin tempe dan tahu lain di Krajan, Sunardi mengaku harus memutar strategi agar tetap dapat melakukan produksi meski tidak dapat meraih untung.
“Dinaikkan tidak laku, dikecilkan (ditipiskan ukuran tahu dan tempenya) juga tidak laku, dipegang hancur. Ini bertahan saja, jadi mati tidak, hidup tidak. Tidak ada keuntungan,” ungkap Sunardi.
Ia menyampaikan kenaikan harga kedelai ini bisa terjadi hingga tiga kali setiap harinya, sedangkan penurunan harga hanya terjadi setiap pekan.
“Naik itu kadang-kadang bisa satu hari tiga kali itu bisa beratus-ratus rupiah sampai seribu-limaratusan. Tapi kalau turun Rp 25-50 belum tentu setiap hari. Seminggu kadang baru turun. Kalau terus-terusan naik kemungkinan berhenti. Tinggal kuat-kuatan. Kalau dijual sendiri bisa (mendapatkan laba). Tetapi kalau yang dikulak, tidak dapat untung, tengkulak pun juga rugi. Penurunan produksi sekarang 50 persen, biasanya 15-20 godokan, sekarang hanya 5 godokan. Per godokannya hanya 7 kilo,” urainya.
Atas kenaikan harga kedelai ini, para pengrajin tahu dan tempe berharap harga kembali stabil menuju angka semula agar para pengrajin dapat meneruskan usahanya.
“Diharapkan kedelai harganya bisa turun lagi setidaknya Rp8 ribu atau syukur bisa Rp7,5 ribu biar pengrajin tahu juga dapat keuntungan, penjual dele juga bisa dapat keuntungan,” pungkas Sunardi.
Selain mempengaruhi produksi para pengrajin tahu dan tempe, salah satu penjual tahu dan tempe di Pasar Mojosongo, Solo, Sri Rahayu juga terdampak. Ia mengatakan kenaikan ini menyebabkan beberapa konsumen mengeluh akan harga tempe dan tahu yang ikut naik dengan kualitas ukuran yang lebih kecil.
“Biasanya pembeli mengeluh harganya kok pada naik, tapi semakin tipis. Kadang kalau naik gini ada yang maklum, tapi kadang juga agak sepi, lebih pilih membeli yang lain (daripada tahu dan tempe),” ucap Sri. (riz)
(zend)