SOLO, solotrust.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah telah melakukan berbagau upaya untuk mendukung perkembangan industri tekstil dan turunannya di wilayah Jawa Tengah termasuk Soloraya.
Dalam Solo Textile Mart 2022, Kamis (18/3), Mewakili Disperindag Jateng, Setyo Budi Purwono menyampaikan hal tersebut sesuai amanat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yakni pemerintah harus mendukung industri yang siap membantu ekspor dan membantu perekonomian Indonesia.
"Dinas kami melakukan tiga proyek untuk mendukung industri tekstil di Jawa Tengah. Pertama, penumbuhan wirausaha baru, kedua pendampingan, dan ketiga peningkatan skill. Perlu diketahu, secara total anggarah pemerintah pusat dan daerah untuk pelatihan menghabiskan ratusan miliar," ungkap Setyo Budi.
Pihaknya pun kanya membuat mix strategi antara IKM yang ada, wirausaha baru, dan IKM milenial. Penting agar IKM milenial mentransfer pengetahuan soal teknologi dengan kata lain mensinergukan antara generasi muda yang sudah berpengalaman dengan merka yang belum berpengalaman.
Kata Setyo Budi, hal itu menjadi salah satu upaya untuk menghadapi masalah masalah pokok yang ada di dunia industri. Di antaranya, masih banyak produk di dunia industri yang belum memenuhi standar. Kedua, terbatasnya kompetensi SDM yang diatasi dengan berbagai pelatihan dan peningkatan kemampuan. Ketiga, belum optimalnya inovasi teknologi industri tekstil.
"Seiring perkembangan jaman pelaku industri harus beradaptasi dengan lingkungan salah satunya melek akan pentingnya brand sebagai nilai jual.
Permasalahan lain yang dihadapi industri tekstil adalah tingginya ketergantungan terhadap bahan baku impor sejak dulu," ujar Setyo Budi.
Menurutnya, hampir seluruh pabrik-pabrik tekstil di Indonesia mayoritas menggunakan kapas impor. Pihaknya juga mendukung upaya agar Indonesia bisa berdikari melalui strategi pengembangan bahan baku kapas. Berkaca dari kesulitan produksi selama pandemi akibat kelangkaan bahan baku.
Di sisi lain, belum meratanya persebaran industri di Jawa Tengah, industri tekstil hanya di sekitar pantura dan Soloraya. Kendala lain adalah belum terpenuhinya dukungan sarana prasarana dan infrastruktur penunjang. Serta belum optimalnya keterkaitan antara sektor industri tekstil dengan industri lainnya.
"Kita mendukung untuk meningkatkan kompetensi SDM Jawa Tengah dengan jumlah penduduk 38 juta, pengembangan industri pengolahan, peningkatan dukungan penguatan SDM industri, pengembangan penguasaan teknologi dan penguatan pasokan bahan baku industri," bebernya.
Namun hal tersebut membutuhkan dapat diraih melalui sinergi antara pemerintah kota/kabupaten, provinsi, dan pusat. Pihaknya pun menyampaikan apresiasi atas upaya Dinas Koperasi dan UKM Kota Solo yang mensinergikan antara kota/kabupaten, provinsi dan pusat dengan para pemangku kepentingan selama ini.
"Sebaran industri tekstil dan turunannya di Soloraya sebanyak 437 industri. Ini sunbguh-sungguh sangat potensial butuh kerjasama antar stakeholder untuk mengembangkan ekonomi di Soloraya," pungkas Setyo Budi. (rum)
(zend)