Hard News

Pikul Tanggung Jawab Besar, Ini Pandangan Mangkunegara X Tentang Masa Depan Pura Mangkunegaran

Jateng & DIY

19 Maret 2022 12:30 WIB

KGPAA Mangkunegara X saat memimpin Wilujengan Ruwahan pada Kamis (17/3). (Foto: Dok. AdindaWardani)

 

SOLO, solotrust.com – Tepat di hari Sabtu 12 Maret 2022 atau Pahing 8 Ruwah 1995 Alip, perhatian masyarakat tertuju pada Pura Mangkunegaran. Salah satu penerus Dinasti Mataram Islam itu akhirnya menobatkan Gusti Pangeran Harya (GPH) Bhre Cakrahutama Wira Sudjiwa sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara (MN) X.



Penobatan atau Jumenengan Dalem MN X turut pula dihadiri raja-raja Trah Mataram Islam: Raja Solo; Susuhunan (Sunan) Pakubuwono (PB) XII,  Raja Yogyakarta; Sri Sultan Hamengkubawono (HB) X, dan Adipati Pakualaman; Paku Alam (PA) X.

Tarian sakral Bedhaya Angklir Mendung dan tiga gamelan; Kiai Kayut Mesem, Kiai Udan Asih-Kiai Udan Arum, dan Kyai Monggang, mengiringi penobatan MN X. Ucapan selamat “Mangayubagyo” pun menghiasi jagat nyata dan maya.

Acara agung itu telah berlalu seminggu, MN X mesti menjalankan tugasnya sebagai pewaris tahta Pangeran Sambernyawa.

Bukan tugas mudah mewarisi tahta agung Praja Mangkunegaran yang saat ini berusia telah 265 tahun. MN X menyadari dan mengungkapkan hal itu ketika ditemui Solotrust.com di ruangan internal Pura Mangkunegaran pada Jumat (18/3) kemarin.

“Tanggung jawab yang besar sekali ya, karena Mangkunegaran ini salah satu pusat kebudayaan yang besar sekali, ya, sudah berdiri 265 tahun, dan bagaimana ke depannya kita terus melestarikan Mangkunegaran, tanggung jawab yang besar sekali,” katanya kepada Solotrust.com.

Terlebih, dalam jejak dan catatan waktu, pemilik tahta Pura Mangkunegaran terdahulu tak berhenti untuk menelurkan karya-karya agung bagi kebudayaan Jawa; Tarian Bedhaya Angklir Mendung oleh MN I hingga Serat Wedhatama yang ditulis MN IV, dan lain sebagainya.

Namun sosok muda 24 tahun lulusan Universitas Indonesia (UI) ini juga tak kehabisan akal. Dalam perbincangan di depan lukisan MN IX dan Prameswari Dalem Gusti Kanjeng Putri MN IX, MN X menyatakan akan berupaya untuk terus merekonstruksi warisan-warisan Mangkunegaran.

“Untuk saat ini langkah pertama menggali kebudayaan yang dulu ya sebenarnya, menggali sejarah yang ada, itu kan pondasi ya untuk kita berkembang ya, arahnya harus sesuai dengan pondasi yang kita gali itu, baik dalam bentuk riset, penelitian, kemudian kita lestarikan,” ujarnya.

Dalam upayanya itu, MN X juga berusaha adaptif dan menyelaraskan Pura Mangkunegaran agar relevan dengan dinamika zaman. MN X kini membidik berbagai media untuk memayungi kebudayaan Mangkunegaran.

“Kemudian kita lestarikan, sebagai bentuk tulisan, bahkan informasi itu bisa kita sampaikan melalui media sosial itu salah satu bentuk pelestarian juga, melalui event, untuk ke depan bagaimana cara mengemasnya,” ucapnya.

“Sesuai dengan kondisi zaman sekarang, memperluas audiens juga dengan anak-anak muda tentu kita pikir dengan cara-cara yang fresh, yang adaptif, tapi sekali lagi tetap akarnya yang kuat,” imbuh MN X.

Tak berhenti di situ, demi masa depan Pura Mangkunegaran, MN X juga berkomitmen untuk terus berkolaborasi dengan pemerintah, dalam hal ini adalah sinergitasnya dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.

“Bagaimana pun pengembangan Mangkunegaran tidak terlepas dari pengembangan Kota Solo juga, dan Solo sebagai Kota Kebudayaan, karena Mangkunegaraan salah satu dari kebudayaan itu sendiri. Jadi bagaimana ke depannya saling support untuk pengembangan dan kepentingan Kota Solo yang lebih besar,” tukasnya. (dks/riz)

(zend)