Pend & Budaya

On Stage Hadirkan Pementasan Tari Anjasmara Karya Agus Mbendhol

Pend & Budaya

20 Maret 2022 13:28 WIB

Pementasan tari Anjasmara karya Agus Mbendhol Margiyanto, dibawakan Enno Sulistiyorini di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah dalam program dua bulanan On Stage produksi Studio Plesungan, Kamis (17/03/2022).

SOLO, solotrust.com - Seorang wanita terlihat berjalan berputar di dalam ruang kotak berjaring tipis. Ia tampak menyiratkan kegelisahan dan keresahan hatinya.

Pada keheningan, wanita itu lantas mengadu dengan gerak penuh intensitas bersama lidi yang ia mainkan, sehingga tercipta dialog dengan sunyi lewat penggambaran rasa tubuh yang dimilikinya.



Itulah sedikit cuplikan gambaran pementasan tari Anjasmara karya Agus 'Mbendhol' Margiyanto. Tari dibawakan Enno Sulistiyorini dipentaskan di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah dalam program dua bulanan On Stage produksi Studio Plesungan, Kamis (17/03/2022).

Agus Margiyanto atau lebih akrab disapa Agus Mbendhol kepada solotrust.com menjelaskan tentang karya Anjasmara.

"Sebenarnya ketertarikan dengan Anjasmara itu sudah lama. Kalau dulu saya menggarap karya Enggar-Enggar, yaitu tentang duet Anjasmara dan Damarwulan. Kalau sekarang saya mencoba menggarap Anjasmara sendiri dalam bentuk koreografi tunggal," jelasnya.

Lebih jauh Agus Mendhol mengungkapkan ketertarikannya mengangkat Anjasmara.

"Ketertarikan saya sendiri sebenarnya pada sosok Anjasmara karena sebagai seorang istri, sebagai seorang perempuan dia merelakan Damarwulan untuk pergi berperang. Dia juga sebenarnya tidak rela untuk memberikan izin Damarwulan pergi, tapi karena itu urusan negara, maka mau tidak mau dia harus merelakan," papar Agus Mbendhol.

"Di situ saya melihatnya ada kesetiaan. Kesetiaan kepada suami, kesetiaan kepada negara, kesetiaan pada sebuah kewajiban yang dilakukan. Selain itu juga ada sebuah pengabdian, ketulusan bagaimana seorang perempuan harus menjaga kisah cintanya kepada suami yang akhirnya ia juga rela memberikan doa," lanjutnya.

Lewat karyanya, Agus Mbendhol mencoba melihat kembali tentang sosok Anjasmara sebenarnya ketika ditinggal suaminya. Ia mulai melawan keresahan dan ketakutan hingga akhirnya dengan daya hidupnya bisa menerima kenyataan yang harus dihadapi.

Agus Mbendhol dalam garapan karya Anjasmara juga menggunakan konsep koreografi dengan ruang terbatas. Ia lalu menceritakan konsep koregrafi yang disajikan.

"Saya memang pengin konsep koreografi yang tidak terlalu luas. Artinya memang setiap garapan saya atau bentuk yang menjadi daya tarik saya adalah bagaimana tubuh tari bersinergi dengan ruangan. Akhirnya dalam ruangan itu ada beberapa imajinasi yang terjalin dalam setiap teks-teks gerak," terangnya.

Agus Mbendhol juga menerangkan ruang kotak digunakannya sebagai penggambaran ruang privasi seseorang untuk meluapkan ekspresinya. Sementara jaring tipis yang digunakan, Agus Mbendhol ingin mencoba menampilkan simbol dari kesuraman hati Anjasmara. (dd)

(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya