SOLO, solotrust.com - Pandemi Covid-19 telah memukul dunia perhotelan secara signifikan selama dua tahun ini. Sarila Group yang mengelola tiga properti hotel merasakan imbas akibat pembatasan aktivitas oleh pemerintah dan juga menurunnya daya beli maayarakat.
Perwakilan Owner Sarila Group, Abdul Marwan, mengungkapkan selama pandemi memang bisnis hotel yang dijalankannya mengalami pukulan berat. Kendati demikian, pihaknya bersyukur dampak pandemi tidak menyebabkan hotel-hotel di bawah Sarila Group sampai tutup.
"Operasional tetap jalan terus, walaupun terseok-seok. Kami kurangi beberapa SDM (sumber daya manusia), hemat ongkos operasional seperti listrik dan hanya jualan kamar saja tanpa food and beverage (F&B)," bebernya, saat berbincang dengan solotrust.com, Senin (21/03/2022).
Selama pandemi Covid-19, Abdul Marwan mengatakan tingkat keterisian kamar atau okupansi hotel mengalami penurunan signifikan di kisaran 20 persen hingga 30 persen.
"Paling buruk okupansi 20 persen, padahal normalnya di angka 60 persen sampai 70 persen di Solo dan Sukoharjo, sedangkan Jogja normalnya antara 80 persen sampai 90 persen, jadi turun sampai 30 persen selama pandemi," ungkapnya.
Sarila Group memiliki tiga properti berupa hotel di Solo, Sukoharjo, dan Yogyakarta. Selama pandemi, hotel-hotel itu dikelola manajemen dari pemilik sendiri, namun saat ini dibutuhkan general manager untuk mengomandoi ketiga properti tersebut seiring pergerakan positif perekonomian.
Maka dari itu, sebagai perwakilan dari pemilik hotel, Abdul Marwan secara resmi memperkenalkan general manager (GM) baru untuk Sarila Group, yakni Candra Saputra.
"Dengan harapan GM baru ini dapat mengomandoi ketiga properti tersebut untuk menanjak naik lagi setelah terpuruk akibat pandemi selama dua tahun," harap dia.
Kehadiran pria yang sebelumnya telah berpengalaman menjadi general manager di tiga hotel di Solo ini diharap mampu memaksimalkan produk-produk hotel tidak hanya kamar saja, namun juga ruang rapat, makanan dan minuman, paket pernikahan, acara dan lain-lain.
"Kami berharap semua produk yang bisa kami jual kembali normal lagi. Event bisa meningkat," kata Abdul Marwan.
Terlebih, Sarila Group tahun ini berencana melakukan pengembangan properti di Semarang dengan brand La Sarila, meski saat ini masih tahap perencanaan karena proses pembangunan terkendala pandemi.
Sementara itu, Candra Saputra menyampaikan, untuk melangkah ke depan perlu menyamakan visi, misi, dan tujuan hotel-hotel di bawah korporasi Sarila Group.
"PR (public relations) dari ketiga hotel memiliki level bintang dan konsep berbeda serta SDM yang dikelola berbeda. Tantangannya ke depan untuk menyamaratakan mulai dari manajemen SDM sampai strategi bisnisnya," beber dia.
Khususnya di masa pandemi ini, strategi bsnis hotel tidak mudah ditentukan. Adapun untuk memulai bergerak, industri perhotelan masih bergantung kepada aturan pemerintah.
"Selain itu kita perlu menyamakan visi misi dengan owner (pemilik-red) untuk bersama-sama bangkit setelah pandemi. Saat ini yang terpenting bertahan dan menjaga cashflow masih sehat di masa pandemi ini," terang Candra Saputra.
Di samping itu, sambil melihat situasi dan regulasi pemerintah terkait pandemi Covid-19, pihaknya mempersiapkan rencana pengembangan dan strategi ke depan seperti apa. (rum)
(and_)