SOLO, solotrust.com – Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Solo mengandeng Tim Advokasi Difabel Solo memberikan sosialiasi pelatihan antisipasi kebakaran bagi 50 kaum difabel di Solo. Dalam acara ini, Damkar memberikan praktik penanganan kebakaran pada tabung gas di Kantor Damkar Solo, Kamis (31/3) pagi.
Beberapa difabel mencoba penanganan yang diujicobakan tersebut, di antaranya penanganan kebakaran kompor gas, mulai dari leher tabung, pada selang, hingga kebakaran pada wajan, dengan berbagai media; tangan serta handuk basah.
Kepala Damkar Solo, Sutarja mengatakan, pelatihan ini diberikan agar nantinya kaum difabel bisa mengantisipasi kebakaran. Sebab, menurut Sutarja kaum difabel selama ini jarang tersentuh antisipasi tersebut.
“Orang difabel kan jarang orang menyentuh itu lha ini kita sentuh, kita beikan sosialisasi, mereka kita berikan pelatihan. Orang sehat saja lihat kebakaran bingung apalagi, orang-orang yang difabel,” katanya
Selain diharapkan mampu menanggani kebakaran sendiri, Sutarja juga mengharapkan minimal kaum difabel yang dibekali teori ini, mampu mengarahkan kaum non-difabel.
“Kalau dia ada kebakaran dia tidak bisa menangani sendiri tapi kan dia tau. Kalau dia tau teorinya kan dia bisa mengarahkan orang lain, minimal seperti itu,” jelasnya.
Sutarja pun mengapresiasi para kaum difabel yang mengikuti acara tersebut. Sutarja juga mengapresiasi kaum difabel yang saling membantu pada acara itu.
“Meskipun beliau ada keterbatasan, saya lihat betul-betul serius, nggak sambil gojekan, semuanya serius memperhatikan. Bahkan yang tidak bisa melihat pun bisa diberitahu, oh, ini yang dilakukan,” tutur Sutarja.
Sementara, Ketua Tim Advokasi Difabel Solo, Sri Sudarti mengungkapkan, jika program pelatihan ini terlaksana atas inisiasi pihaknya mengandeng Damkar Solo. Darti, sapaan akrabnya, menilai pelatihan tersebut perlu digalakan lantaran kaum difabel menjalani kehidupan seperti kaum non-difabel.
“Dalam rencana kerja di Dinas Pemadam Kebakaran ada pelatihan, kita mengusulkan untuk diadakan juga, pelatihan pemadaman kebakaran karena disabilitas di Kota Solo sama dengan masyarakat yang lain, memasak dan melakukan semuanya seperti pada masyarakat lain,” katanya.
Terlebih, diungkapkan Darti, angka kaum disabilitas di Solo cukup tinggi. Di komunitas dan organisasi saja ia mencatat ada ratusan kaum disalibitas di Solo, sementara ia memperkirakan angka difabel lebih tinggi dari itu.
“Ratusan di komunitas dan di organisasi, banyak disabilitas yang tidak tergabung dalam organisasi dan komunitas, bagaimana kita menyolisasikan juga bagaimana ini kan perlu juga diberikan pelatihan seperti ini,” terang Darti.
Sementara, kaum difabel yang berisiko kebakaran juga tinggi, terutama bagi kaum difabel yang bekerja di sektor informal seperti berdagang.
“Banyak sekali, yang netra pun ada yang kuliner juga, itu juga rawan sekali risiko kebakaran seperti ini, ada lagi yang daksa juga banyak sekali yang usahanya kuliner, mungkin semuanya kompor, gas, sudah jadi keseharian,” sebutnya.
Ia berharap, dapat menjalin kerja sama seperti pelatihan ini ke depan, mengingat masih banyak kaum difabel yang belum tersentuh pelatihan.
“Harapannya mungkin kerja sama lagi terjalin, tidak hanya pelatihan pemadaman kebakaran, tapi ada pelatihan-pelatihan lain yang bisa kita masukan untuk disabilitas, harapannya seperti itu,” pungkasnya. (dks)
(zend)