Hard News

Salat Tarawih di Masjid Agung Solo: Satu Hari Satu Juz hingga Dibagi Menjadi 2 Sesi

Jateng & DIY

5 April 2022 16:54 WIB

Masjid Agung Solo yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Kasunanan Solo, Susuhunan (Sunan) Pakubuwana (PB) III, dan terletak di sebelah barat Alun-alun Utara Keraton Kasunanan Solo atau di Kauman, Pasar Kliwon, Solo. (Foto: Dok. solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com – Masjid Agung Solo yang terletak di sebelah barat Alun-alun Utara Solo, atau tak jauh dari Keraton Kasunan Solo, menjadi salah satu masjid bersejarah dalam denyut nadi kehidupan agama Islam Bumi Bengawan.

Masjid ini dibangun sekitar 1757-1768 di masa Raja Solo kala itu, Susuhunan (Sunan) Pakubuwono (PB) III, dan menjadi relasi penting antara keraton dan kaum ulama keraton. Sebagai masjid yang memiliki sejarah panjang, masjid yang beralamat di Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo ini juga memiliki tradisi-tradisi khusus selama pelaksanaan ibadah Tarawih di bulan Ramadan.



Salah satunya soal pemilihan imam yang harus seorang Hafiz atau penghafal Al-Quran.  Diungkapkan Sekretaris Masjid Agung Solo, Abdul Basid, setiap pelaksanaan salat, imam mesti membawakan satu juz setiap malam.

Sehingga, pada pelaksanaan Tarawih 27 Ramadan, Masjid Agung Solo sudah menkhatamkan atau menyelasaikan seluruh ayat Al-Quran.

 “Tarawihnya satu malam satu juz, imamnya di sini hafal Al-Quran semua. Jadi nanti sekitar tanggal 27 Ramadan 1,5 juz semalam, diperkirakan 27 Ramadan sudah khatam Al-Quran,” katanya kepada Solotrust.com Sabtu (2/4) lalu.

Untuk jumlah rekaat, pihak Masjid Agung Solo membagi dua sesi salat, yakni 11 rekaat dan 23 rekaat. Pada pembagian salat tersebut, Masjid Agung Solo juga menyediakan dua imam setiap malamnya, yang diganti pada tiap 11 rekaat. Durasi salat berlangsung sekitar 20-45 menit setiap malamnya.

“Kalau 23 rekaat hampir 45 menit, kalau 11 rekaat bisa 20 menit. Nanti yang sebelas rekaat ganti imam, tapi masih satu ruangan,” terangnya.

Tak hanya soal imam dan jumlah rekaat yang diatur, pihak masjid juga memberi aturan khusus pada setiap khatib, untuk dilarang membawakan materi yang dikhawatirkan dapat memecah belah umat. 

Basid menyatakan pihaknya juga mendatangkan ulama dari berbagai organisasi masyarakat (Ormas) yang berbeda-beda, sehingga diharapkan Masjid Agung Solo dapat mempersatukan berbagai golongan.

“Ulama yang berkompeten dari berbagai ormas, karena masjid ini kan masjid semua golongan, untuk materinya tidak politisasi, harus ukhuwah Islamiyah tidak menimbulkan perpecahan di antara umat Islam,” jelasnya.

Pada Ramadan kali ini, Masjid Agung Solo kembali menggelar ibadah Salat Tarawih seperti biasa, namun, tetap menerapkan protokol kesehatan (Prokes) dengan pembatasan atau salat secara berjarak.

Diperkirakan, pada pelaksanaan yang masih terbatas tersebut, setiap malamnya Masjid Agung Solo dihadiri sekitar 300 jemaah, atau setengah dari total kapasitas dengan jarak terbatas.

Basid juga mengimbau jemaah Salat Tarawih di Masjid Agung Solo untuk tetap menerapkan protokol kesehatan (Prokes) dan segera melakukan vaksinasi lanjutan (booster).

 “Biasanya sekitar separuh 750-an [orang], kalau penuh kan 1.500 tanpa jarak. Kalau berjarak sekitar 300, yang hadir dari berbagai macam tempat” tambah Bad.

“Sekarang Alhamdulillah aktivitas sudah berjalan, jadi bersyukur  bisa kembali seperti biasa tidak seketat dulu, tapi masih berjarak. Kalau bisa vaksin booster komplet, kita juga mengimbau jemaah menggunakan masker,” pungkasnya. (dks)

(zend)