SEMARANG, solotrust.com - Sederetan lapak buku bekas di belakang stadion Diponegoro sudah begitu dikenal oleh masyarakat Kota Semarang. Dalam perjalanan usahanya, ternyata ada cerita yang menarik untuk diketahui.
Sumarno (64), salah seorang penjual buku bekas di jalan Stadion Timur no 23, Stadion Diponegoro, Kota Semarang pernah berjaya di tahun 2001 silam. Ia menceritakan dalam sehari pernah membawa pulang uang 50 hingga 60 juta perharinya.
"Dulu sebelum buka toko sudah ada antri banyak sekali, itu sekitar tahun 2001," ujarnya kepada Solotrust.com, Sabtu (28/5).
Ia menceritakan setiap harinya, ia mampu menjual hingga ribuan buku. Hasil penjualannya terbilang cukup besar. Ia mampu membawa sekantong plastik besar berwarna hitam yang berisi uang. Laci-laci di lapak sudah tidak cukup lagi menampung uang.
"Dulu buka jam 6 pagi. Sampai jam 1 malam masih banyak yang cari buku. Setiap hari saya sampai capek menghitung uangnya, saya ingat waktu itu anak perempuan saya bantu hitung uangnya," katanya.
Masa keemasan para penjual buku bekas itu bertahan hingga tahun 2005. Ia mengatakan persaingan antar penerbit buku semakin ketat. Harga penjualan buku pun semakin tidak terkendali.
Misalnya penjualan buku yang ditawarkan di sekolah semakin murah. Sehingga selisih harga buku di sekolah dan di lapak kami juga kecil. Dengan adanya persaingan, pendapatan para penjual buku tidak besar dari sebelumnya.
"Persaingan tidak sehat antar penerbit, sehingga pada akhirnya sekarang banyak penertiban yang gulung tikar," jelasnya.
Beda Dulu, Beda Sekarang
Ia pun menjelaskan jika sekarang kondisinya sangat jauh berbeda dengan tahun 2000-an. Apalagi setelah pandemi Covid berlangsung selama 2 tahun, penjualan buku semakin tidak menentu.
"Sekarang paling jam 4 sore sudah tutup, penjualan tidak pasti, tapi masih bersyukur ada saja rejeki," paparnya.
Beberapa bacaan buku hampir tidak ada pembelinya sama sekali. Ia mengatakan buku seperti kamus bahasa, peta, RPUL, dan buku bahasa jawa sudah tidak laku lagi.
"Sudah banyak pakai handphone, kamus, peta sudah tidak laku lagi, buku bekas paling yang minat juga orang-orang tua," pungkasnya. (fj)
()