SUKOHARJO, solotrust.com- Nama Rumah Sakit Islam Surakarta YARSIS melekat seumur hidup dalam jiwa Karyadi, seorang bapak paro baya asal Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Rumah Sakit Islam Surakarta YARSIS memberikan apresiasi khusus kepada Karyadi atas loyalitasnya telah mempercayakan kelahiran putra pertamanya di kamar persalinan RS Islam Surakarta YARSIS 26 tahun silam.
Kenangan haru bahagia tersebut bermula dari perjuangan bapak kelahiran 14 Oktober 1971 ini menyambut kelahiran sang buah hati. Sebagai bentuk rasa syukur dan bahagia, Karyadi bahkan melekatkan nama “Yarsis” sebagai nama depan putra sulungnya.
Uniknya, 26 tahun berselang, jalan takdir mempertemukan Yarsis yang sudah bertumbuh dewasa dan matang kembali ke Rumah Sakit Islam Surakarta YARSIS. Pemuda lulusan sarjana keperawatan Universitas Sahid ini bergabung sebagai salah satu tenaga medis di awal 2022 lalu.
Kilas balik kepada kisah tersebut.
Mata Karyadi yang berkaca-kaca menatap tajam di satu sudut Aula Ibnu Sina, RS Islam Surakarta YARSIS. Dia masih mengingat betul kenangan kelahiran sang putra. Karyadi menceritakan di depan jajaran direksi dan karyawan RS Islam Surakarta YARSIS saat menjadi tamu undangan dalam sebuah acara internal halalbihalal beberapa waktu lalu.
Berawal dari perjuangan sebagai perantauan asal Cirebon yang mencoba mengadu nasib di Kota Surakarta. Karyadi kemudian mengenal seorang wanita bernama Endang Hastuti yang kelak menjadi istrinya. Pasutri ini mulai berkehidupan bahagia dan berkecukupan di awal pernikahannya.
Hingga tibalah masa yang penuh ujian, Karyadi terkena PHK akibat kondisi krisis moneter di era 1999. Karyadi yang semula bekerja di sebuah hotel ternama di pusat Kota Solo harus menyambung hidup dengan menjadi pengayuh becak. Hal ini semata untuk asap dapur keluarga tetap mengepul.
“Saat itu saya rela jadi tukang becak. Pekerjaan apapun serabutan juga saya lakukan demi menghidupi keluarga,” kenang Karyadi yang kini memiliki profesi sebagai driver ojek online.
Bersamaan masa sulit itu, Sang Istri tengah hamil tua, hari persalinan pun menjelang. Tibalah saat sang istri merasakan kontraksi luar biasa. Karyadi lantas melarikan istrinya di bidan desa dekat Sanggung, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, tempat tinggalnya.
“Ibu bidan menyatakan sudah angkat tangan, karena kondisi istri juga punya penyakit bawaan asma. Beliau mengarahkan proses persalinan dirujuk ke rumah sakit terdekat, yakni di RS Islam Surakarta YARSIS,” ujar bapak tiga anak ini.
Demi keselamatan anak pertamanya beserta istri, Karyadi pun menuruti saran dari bidan desa tersebut. Bertempat di kamar persalinan RS Islam Surakarta YARSIS, sang istri melahirkan buah hatinya dengan lancar dan selamat.
“Alhamdulillah atas pertolongan Allah SWT dan dokter serta tenaga medis, istri saya melahirkannya lancar, sama sekali tidak kambuh asma,” ujarnya.
Karyadi masih mengingat persis, saat itu istrinya ditangani oleh salah seorang dokter spesialis kandungan RS Islam Surakarta YARSIS bernama dr. Tri Budi Wiryanto.
Pasca persalinan istrinya, masih ada yang mengganjal di pikiran Karyadi. Dia bimbang akan kesediaan uangnya untuk melunasi biaya persalinan rumah sakit. Apalagi kala itu belum ada program jaminan kesehatan atau BPJS kesehatan.
“Rumah Sakit YARSIS terkenal sebagai rumah sakit elit di Solo. Saya kebayang apa mampu ini melunasi semua biaya. Apalagi istri sudah dirawat inap 3 hari. Saya terus bilang ke istri saya, jalan sudah kuat nggak, bu? Kalau sudah segera kita pulang agar tidak terlalu banyak biayanya,” cerita Karyadi.
Karyadi kemudian diminta untuk melunasi kewajiban administrasi pasien. “Kami diminta menyelesaikan administrasinya dulu. Nilainya saya sudah lupa, yang jelas saya nggak mampu bayar," ujarnya.
"Saya bilang kalau sudah 3 hari saja saya nggak mampu bayar. Saya mohon kebijakan agar bisa pulang hari ini. Saya pasang badan dan rela dipekerjakan apa saja sebagai ganti pelunasan,” ujar Karyadi.
Dia bahkan merelakan cincin kawinnya sebagai jaminan. Segala upaya dilakukannya agar bisa mendapatkan keringanan untuk biaya keluarganya.
"Alhamdulillah petugas TU rumah sakit memberikan solusi agar istri dan anak bisa pulang. Saya diberikan surat pengantar kepada 4 dokter yang menangani istri. Saya langsung genjot becak saya untuk menemui dokter satu per satu,"ujarnya.
Karyadi penuh syukur, pasalnya dokter yang didatanginya berkenan memberikan keringanan atas pelunasan administrasi.
"Saat itu dikasih keringanan 5000 perak saja sudah sangat bersyukur. Sudah dapat keringanan dari 4 dokter, tapi masih kurang sekitar Rp 300 ribuan, saya tawarkan jual cincin kawin," urai pria berkumis ini.
Karyadi akhirnya bisa bernapas lega, pihak manajemen RS Islam Surakarta YARSIS akhirnya memutuskan untuk melunaskan semua kekurangan pembayaran tadi. Karyadi merasa sangat bersyukur dan berterimakasih atas kebijakan rumah sakit tersebut.
"Saya putuskan juga menamakan anak saya, Yarsis Septiardi Nurrahman sebagai ungkapan rasa bahagia, karena saat kami sedang susah, Rumah Sakit YARSIS sudah membantu kami. Jadi selain aspek pelayanan kesehatan yang professional, tapi juga ada sisi kemanusiaan dan sosial. Saya beserta keluarga menyampaikan banyak-banyak terimakasih," ujarnya.
Yarsis Mengabdi untuk RSIS YARSIS
Bayi laki-laki bernama lengkap Yarsis Septiardi Nurrahman yang lahir pada 8 September 1996 itu kemudian bertumbuh matang dengan meniti karir sebagai perawat. Selama lebih dari dua dekade berlalu, Yarsis kembali ke Rumah Sakit Islam Surakarta YARSIS. Kini dia mengabdikan dirinya menjadi salah satu perawat di Unit Rawat Inap Al-Kautsar.
Yarsis berhasil merampungkan studi sarjana keperawatannya di Universitas Sahid Surakarta. Tak lama setelah wisuda, pemuda bertubuh jangkung ini kemudian mendedikasikan diri menjadi relawan tenaga kesehatan dalam penanganan ledakan pandemi COVID-19. Nakes muda ini sempat ditugaskan di wilayah Klaten, Jawa Tengah untuk berjibaku melayani penderita COVID-19 di ruangan isolasi.
Atas pengalaman tersebut Yarsis memantapkan diri untuk bergabung dengan Rumah Sakit Islam Surakarta YARSIS. Seperti calon karyawan lainnya, Yarsis juga harus menjalani serangkaian tes dan seleksi hingga dinyatakan layak untuk menjadi karyawan nakes di Rumah Sakit Islam Surakarta YARSIS.
Tak sekedar bekerja, Yarsis memiliki harapan, dirinya bisa turut mengembangkan Rumah Sakit Islam Surakarta YARSIS dengan keahlian dan kemampuannya melayani pasien beserta keluarga. Bersama perawat lain Rawat Inap Al-Kautsar, dia biasa bertugas melayani pasien BPJS Kesehatan.
“Saya sudah mendengar cerita perjuangan orang tua atas kelahiran saya di dunia 26 tahun lalu, kali ini giliran saya untuk bekerja mengabdikan diri dengan baik untuk Rumah Sakit Islam Surakarta YARSIS, juga untuk membanggakan kedua orang tua saya,” ujar Yarsis.
(wd)