SEMARANG, solotrust.com - Pertunjukan Wayang Potehi kerap kali dijumpai di beberapa titik pusat kuliner di Kota Semarang. Namun sayangnya, para pemain justru bukan berasal dari Semarang, melainkan mereka datang dari Kota Jombang, Jawa Timur.
Hal tersebut diakui Koordinator Gopot (Go Potehi), Budi Harsono yang mengatakan di Semarang sudah tidak ada pemain wayang potehi. Dirinya menganggap wayang potehi di Semarang sudah punah. Ia mengaku ada 6 grup yang pada akhir pekan bermain di beberapa titik sekaligus
"Di Semarang sudah punah, dulu ada satu pemain potehi, dia rohaniwan agama Konghucu, tapi sekarang sudah meninggal," katanya kepada Solotrust.com, Jumat (17/6).
Dirinya menyadari perbedaan kondisi ekonomi para pemain potehi di Indonesia dan di Taiwan. Jika di Taiwan, ada ratusan grup wayang potehi. Rata-rata latar belakang ekonominya sudah tercukupi.
"Di Taiwan para pemain potehi sudah tidak memikirkan kepentingan dapur, ada yang dokter, insinyur, artis," ungkapnya.
Bagi mereka, lanjutnya, bermain wayang potehi dianggap sebagai hobi yang menghasilkan uang, di samping pekerjaannya yang sudah mapan.
Berbeda dengan latar belakang pemain potehi yang ada sekarang. Mereka ada yang menjadi petani, tukang batu, juri parkir dan lainnya. Jadi ketika ketika tidak pentas, maka wayang akan di gantung dengan posisi kepala tertunduk.
"Ketika wayang digantungkan, posisi kepala akan menunduk, itu berarti pemain akan kembali ke kehidupan mereka sebenarnya, ada yang jadi petani, tukang parkir dan sebagainya," ceritanya.
Mengenai wayang potehi, akhir-akhir ini permainan wayang berukuran mini ini dipertontonkan di atas mobil box atau yang lebih di kenal dengan nama Go Potehi (Gopot).
Wayang ini dimainkan oleh 5 orang yang terdiri dari dalang, asisten dalang, 3 pemusik sekaligus 1 mengisi suara. Di dalam kotak wayangnya biasanya membawa 150 tokoh karakter. Untuk sekali main, mereka membutuhkan waktu 2 jam.
"Biasanya main di Semarang setiap akhir pekan, terus ada yang di gang Lombok, dan juga ada yang main di alun-alun Johar, depan masjid Kauman," ungkapnya.
Ia melanjutkan dengan adanya pentas di Semarang di beberapa titik kuliner, harapannya dapat menarik pengunjung agar lebih mengenal dan menyukai wayang potehi.
Jika demikian, akan ada yang ingin mempelajarinya sehingga mendatangkan kehidupan dan pemain-pemain baru. (fj)
(zend)