Serba serbi

Kirab Budaya Peringati Haul Ke-520 Ki Ageng Pandanaran

Serba serbi

22 Agustus 2022 12:20 WIB

Kirab budaya memperingati Haul Ki Ageng Pandanaran ke 520, Sabtu (20/8/). (Foto: Dok. SOlotrust.com/fj)

SEMARANG, solotrust.com - Yayasan Sunan Pandanaran Semarang mengelar kirab budaya nusantara dan pusaka peninggalan Ki Ageng Pandanaran. Kirab budaya itu diselenggarakan dalam rangka memperingati Haul ke-520 Ki Ageng Pandanaran yang berlangsung selama 3 hari.

Ketua Yayasan Sunan Pandanaran, Pandan Setiawan menjelaskan Ki Ageng Pandanaran adalah pangeran Adipati pertama di Semarang. Ketika diangkat sebagai Adipati, pada waktu bersamaan dicetuskan sebagai hari jadi Kota Semarang. Dari kisah tersebut, Ki Ageng Pandanaran dianggap sebagai pelopor berdirinya Kota Semarang.



Peserta kirab, imbuhnya, diikuti para budayawan, tokoh lintas agama, komunitas pecinta budaya, penggiat pariwisata, ormas dan perwakilan pelajar di Kota Semarang.

Kirab budaya nusantara dan pusaka peninggalan Ki Ageng Pandanaran dilakukan dengan berjalan kaki yang diikuti 520 peserta kirab. Kirab dimulai dengan arak arakan dari taman Indonesia Kaya menuju makam Ki Ageng Pandanaran yang berada di Jalan Mugas dalam II, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.

Sesampainya di makam, pusaka Ki Ageng Pandanaran kemudian diserahkan Camat Semarang Selatan kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Pusaka kemudian diserahkan kepada Ketua Yayasan Sunan Pandanaran Pandan Setiawan kemudian dibawa masuk kebagian dalam makam Ki Ageng Pandanaran dengan dilanjutkan dengan berdoa bersama.

Tidak hanya pusaka dan kain kelambu yang dikirab, warga juga mengusung gunungan yang berisi buah-buahan, sayuran dan jajanan pasar yang mengikuti rute perjalanan kirab.

"Kain kelambu baru untuk mengganti kelambu lama makam Ki Ageng Pandanaran," ujarnya kepada Solotrust.com, Sabtu (20/8).

Prosesi pergantian kelambu makam Ki Ageng Pandanaran pun dilakukan usai melakukan dia bersama. Selain makam Ki Ageng Pandanaran, pengantian kain kelambu makam juga dilakukan pada makam Pangeran Madiyo Pandan alias Maulana Ibnu Abdul Salam. Selanjutnya pada makam Nyai Ageng Sejanila alias Endang sejanila alias Siti Fatimah yang tak lain istri Ki Ageng Pandanaran.

“Kirab ini tidak hanya merayakan tradisi, namun melalu tradisi ini diharapkan dapat menjadikan Kota Semarang lebih bersama dan bersatu dalam keragamanan yang ada sekaligus nguri nguri kebudayaan khususnya Kota Semarang,” ujar Pandan.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dsibudpar) Kota Semarang, Wing Wiyarso yang hadir membuka Kirab Budaya menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya kegiatan ini.

"Kirab ini sebagai bagian pelestarian budaya dan diharapkan kedepan bisa menjadi salah satu daya tarik wisatawan," pungkasnya. (fj)

(zend)