SOLO, solotrust.com - PT Solo Metro Citra Plasma (SCMPP) melakukan uji coba pertama Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Rabu (29/6). Sejauh uji coba, masih ditemukan beberapa kendala sebelum PLTSa benar-benar beroperasi.
Direktur SCMPP Elan Suherlan menyebut masih banyak hal yang harus diperbaiki sebelum PLTSa beroperasi. Salah satunya mempersiapkan lahan baru untuk fasilitas pengolahan sampah baru menjadi bahan bakar.
Nah, hingga kini lahan di TPA Putri Cempo sudah mulai habis. Salah satu opsi yang disetujui ialah memilih lahan di Blok D, dan memindahkan sampah blok tersebut ke aliran anak sungai yang berada di sekitaran Blok D dan C.
Sebelum memindahkan sampah ke sungai, nantinya akan dibuatkan sungai penganti terlebih dahulu. Ditarget, pengalihan dan pembersihan Blok D dikerjakan Agustus-September.
"Dengan kajian PUPR diambil satu keputusan untuk mengalihkan sungai yang di tengah menjadi di pinggir TPA, sungai di tengah ini akan kami pakai untuk mengeruk sampah dari Blok D, sehingga lahan di Blok D bisa kami manfaatkan untuk tempat pemprosesan sampah," ujar Elan saat uji coba PLTSa Putri Cempo, Rabu (29/6).
"Targetnya Agustus dari PUPR (Kementian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) itu sungainya sudah dialihkan, jadi kami baru bisa bekerja bulan September," tambahnya.
Hingga saat ini, sudah ada 4 dari total 8 unit penghasil sampah di PLTSa tersebut. Elan menyatakan, mesin-mesin itu sudah mulai akan dipasang dan beberapa akan segera tiba di Putri Cempo pada Juli nanti.
"Alatnya ada 8 unit baru 4, baru sebagian dari bangunan terisi nanti di sini (yang kosong) sebagian equipment sudah datang tapi menunggu yang besar ukuran 7,5 m untuk dipasang lebih dulu dan ini masih dalam perjalanan," ujarnya.
SCMPP menarget PLTSa Putri Cempo beroperasi Desember nanti. PLTSa itu akan menghasilkan daya listrik sebesar 8 Megawatt (MW), di mana 5 MW dijual ke PLN.
"Total semua 8 MW total produksi dari masing-masing ini yang kami jual ke PLN 5 [MW], 3 MW kami pakai sendiri. Desember penyelesaiannya, Januari sudah start jualan," terang Elan.
PLTSa Putri Cempo akan membutuhkan 540 ton sampah sehari untuk daya itu. Sementara, dalam sehari Putri Cempo menampung 350 ton rata-rata sampah baru.
Elan menjelaskan, kekurangan ini akan dipenuhi dengan mengeruk sampah lama yang sudah menggunung. Namun, diperkirakan 8-10 tahun sampah tersebut sudah habis.
Salah satu alur yang paling masuk akal, nantinya Solo mesti mengimpor sampah dsri kabupaten/kota lain.
"Total yang kami proses itu 545 ton per-hari, itu kombinasi dari sampah baru dan sampah lama, sampah baru 350 (ton perhari) kira-kira jadi 200-annya dari sampah lama," paparnya.
"Rencana kami tahun ke-8 atau 9 sampah lama sudah habis, berarti kami butuh sampah baru, kemungkinan dari kabupaten lain," imbuhnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Solo, Ahyani menuturkan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo akan terus menjalin komunikasi dengan daerah-daerah sekitar Soloraya untuk memasok sampah ke Solo.
"Kita membangun komunikasi dengan daerah-daerah sekitar yang setidaknya tidak perlu buang sampah di TPS atau TPA nya aja mereka yang berdekatan dibuang di Kota Solo. Itu kita akan membangun konsep sampah regional itu," jelasnya.
Ahyani menyebut selama ini komunikasi dilakukan ke kepala dinas (Kadin) sekitar. Perlu penguatan komunikasi untuk mempersiapkan sampah daerah itu.
"Mungkin ke depan dengan kepala daerah ini baru untuk lebih menguatkan lagi," terangnya. (dks)
(zend)