SOLO, solotrust.com - Baru-baru ini viral sebuah video yang diunggah di akun tiktok milik @londho_ireng pada Selasa (26/7) memperlihatkan seorang penyandang disabilitas berdebat dengan oknum petugas KRL Commuter Line di Stasiun Solo Balapan.
Petugas KRL terlihat memberhentikan seorang penyandang disabilitas yang menggunakan kursi beroda tiga.
Alasan ditolaknya seorang difabel bernama Ilham, lantaran kursi roda yang dinaikinya dinilai terlalu panjang dan tak muat berada di dalam KRL.
"Iya, saya cuman membawakan tugas dari atasan, ya. Bahwasannya kalo untuk sepeda roda tiga yang seperti ini disarankan untuk (menaiki armada) yang lain ya," jelas salah satu oknum KRL dalam video tersebut.
Ilham sempat berdebat lantaran diperlakukan berbeda dengan penumpang lain.
Petugas dalam video juga terlihat mengarahkan Ilham untuk menuju armada lain.
"Kami menyarankan naik armada lain kalau terminal lurus," imbuh dia.
Namun Ilham tetap menolak lantaran ingin mendengar alasan yang logis tak diperbolehkannya naik KRL dengan kursi roda tiga. Ia juga mengaku tak pernah mendapat penolakan sebelumnya.
Di akhir percakapan, Ilham sempat menerangkan dalam video bahwa pihaknya telah ditolak untuk menaiki KRL dan dianjurkan menaiki armada transportasi lainnya.
"Halo hari ini saya Ilham dari Stasiun Balapan Solo. Saya ditolak untuk naik KRL dari Solo ke Jogja dengan alasan kendaraan yang saya pakai sebagai alat transportasi penunjang keterbatasan saya ditolak dari Stasiun Balapan Solo ini," ungkap Ilham.
Ia juga sempat menyebutkan tiga oknum petugas yang menolaknya.
Dalam unggahan berikutnya, akun @londho_ireng memperlihatkan tangkapan layar mengenai teks percakapan ukuran sepeda roda 3 yang dipakai Ilham. Sepeda itu memiliki panjang kurang lebih 1 meter dan lebar tidak sampai 50 cm.
Sementara viralnya video tersebut, Solotrust.com telah mencoba menghubungi KRL Commuter Indonesia, namun ada jawaban.
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang mendengar kabar tersebut menyayangkan kejadian ini. Menurutnya siapa pun dapat menaiki fasilitas tersebut, terutama penyandang disabilitas yang menjadi prioritas.
"Haruse gapapa. Pas rame to? Ketoke yo ora deh (sepertinya tidak-red). Mengko tak goleki ya coba ya (nanti coba saya cari ya-red). Harusnya gapapa. Numpak BST (Bus Batik Solo Trans-red) we rapopo kok," ungkap Gibran saat diwawancarai di Balai Kota Solo, Rabu (27/7).
Pihaknya juga menyayangkan, terlebih Kota Solo didapuk jadi tuan rumah ASEAN Para Games (APG) XI yang diselenggarakan bagi para difabel.
"Iya kita kan tuan rumah terus malah kayak gitu. Nanti coba saya cari ya harusnya boleh," tandasnya.
Ia juga hendak melakukan komunikasi dengan pihak terkait dengan regulasi tersebut. (riz)
(zend)