Solotrust.com - Kreativitas kembali ditunjukkan mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Adalah Ade Kurniawan, mahasiswa prodi pendidikan seni kriya Fakultas Bahasa dan Seni UNY berhasil mengolah tongkol jagung menjadi produk kerajinan yang berkelanjutan (sustainable), ramah lingkungan (eco-friendly), eco green, zero waste, dan menghasilkan dampak ekonomi bagi masyarakat di sekitarnya.
Jagung (Zea mays L) merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh subur di Indonesia dan dapat panen 2-3 kali setiap tahunnya.
Masa panen jagung adalah saat yang paling ditunggu, sebab para petani akan memperoleh keuntungan dari hasil tanamnya. Akan tetapi, jagung dijual utuh atau hanya dijual jagungnya saja ketika panen, tongkol jagungnya hanya dibakar bahkan terbuang begitu saja menjadi limbah.
Banyaknya limbah tongkol jagung yang tidak dimanfaatkan akan membuat tongkol jagung mengendap dan menyebabkan bau tidak enak. Padahal limbah tersebut dapat diubah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis bahkan juga bagi lingkungan.
Hal inilah yang menjadi pemikiran Ade Kurniawan dan ditindaklanjuti dengan memanfaatkannya menjadi produk kerajinan.
"Kami membuat sebuah UMKM yang bergerak dalam pengolahan limbah tongkol jagung bernama Cip Janggel," kata Ade Kurniawan baru-baru ini, sebagaimana dikabarkan UNY dalam laman beritanya.
Warga Ngaliyan, Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta tersebut memberdayakan warga sekitarnya untuk mengolah limbah tongkol jagung menjadi produk kerajinan, sekaligus menyediakan pelatihan dan edukasi kerajinan limbah sisa hasil bumi bagi masyarakat luas.
Produk kerajinan limbah tongkol jagung yang diolah adalah dekorasi ruangan seperti lampu tidur, tempat tisu, ornament pajangan dinding, dan lampu hias.
Semua produk tersebut terus dikembangkan bersama dengan masyarakat desa Ngargosari. Oleh karena itu, bentuk usaha Cip Janggel terbagi menjadi 2 yaitu penjualan produk serta pelatihan dan edukasi kerajinan limbah.
Menurut alumni SMAN 1 Kalibawang Kulonprogo tersebut, usaha ini cocok dijalankan karena pada masa pandemi banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan belum mampu adaptasi diri.
Dengan adanya kegiatan usaha ini, diharapkan dapat memberikan lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan taraf ekonomi bagi masyarakat lokal.
Ade Kurniawan menjelaskan bahan utama yang dibutuhkan untuk membuat produk ini adalah tongkol jagung. Selain itu, diperlukan bahan lain seperti isi lem tembak, kabel, kayu jati belanda, dudukan lampu, lem kayu, lem korea, pipa alumunium, dan lampu.
Alat yang digunakan untuk mempermudah produksi adalah mesin ampelas, mesin pemotong, gerinda, mal paralon, lem tembak, guntung taman, alat pembakar, dan mesin bor.
Untuk proses pembuatannya, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjemur dan mengamplas tongkol jagung yang dalam kondisi kering. Lalu, potong tongkol dengan ukuran 1 cm. Tempelkan tongkol ke dalam mal pipa menggunakan lem tembak. Kemudian, bakar sedikit limbah palet kayu jati belanda dan membuat lubang di bawahnya sebagai jalan kabel dan dudukan lampu.
Jika sudah, ampelas permukaan kayu dan tongkol jagung yang kurang rata. Satukan keduanya menggunakan lem kayu di bagian tongkol dan kayu. Proses finishing dilakukan dengan amplas halus dan memberi lem korea serta disemprot menggunakan clear coat. Produk harus dicek ulang dan dikemas dengan indah serta aman.
Putra pasangan Sukisno dan Sumartinah yang berprofesi sebagai petani tersebut mendapat apresiasi dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI (Menparekraf) Sandiaga Uno dalam Anugerah 50 Desa Wisata di Indonesia di Desa Wisata Widosari baru-baru ini.
Sandiaga Uno mengatakan bahwa Ade Kurniawan adalah salah satu generasi Z yang sama sekali tidak merasa gengsi tapi pro-aktif, kreatif, dan inovatif memanfaatkan peluang usaha.
"Saya bangga dengan Mas Ade Kurniawan yang masih kuliah semester 4 di Universitas Negeri Yogyakarta, tapi sudah menciptakan lapangan kerja, punya karyawan sendiri dan semangat berkreasi mengembangkan usahanya," kata Sandiaga. (Lin)
(zend)