SOLO, solotrust.com - Tim Advokasi Difabel (TAD) Kota Solo menggelar audiensi dengan pihak PT KCI pada Selasa (2/8) Gedung Sekretariat Bersama (Sekber) Solo.
Audiensi yang juga dihadiri oleh beberapa komunitas disabilitas di Solo tersebut dilakukan guna menindaklanjuti kejadian yang viral sepekan lalu (25/7), di Stasiun Solo Balapan mengenai seorang penyandang disabilitas yang ditolak menaiki transportasi Kereta Rel Listrik (KRL) jurusan Solo-Jogja lantaran menggunakan kursi roda tiga.
Dari diskusi, beberapa pihak dari komunitas disabilitas yang ada di Kota Solo mengaku kaget mendengar kabar kurang mengenakkan itu.
Salah satunya Sugian Noor dari Yayasan Pembinaan Anak Cacat atau YPAC Solo mengaku selalu mendapat layanan yang baik selama menggunakan KRL.
"Saya kaget sebetulnya, KAI selama ini ramah difabel. Saya merasakan sendiri semua serba dibantu, mungkin SOP-nya seperti itu. Saya rasa ini aneh," papar Sugian.
Ia juga menyampaikan mengenai jenis-jenis kursi roda yang perlu diperhatikan untuk peningkatan layanan di stasiun dan kereta.
"Mungkin karena bentuk kursi rodanya yang berbeda. Dalam dunia disabilitas memang bentuk kursi roda macam-macam," lanjutnya.
Jenis kursi roda bagi difabel berbeda-beda sesuai kebutuhan, seperti kursi roda kesehatan atau rehabilitasi, kursi roda olahraga, kursi roda mobilitas, hingga kursi roda bagi cerebral palsy.
Selain itu, komunitas-komunitas difabel juga menyampaikan penyandang disabilitas memiliki banyak jenis, antara lain tunanetra, tunarungu, hingga penyandang disabilitas mental.
Salah seorang anggota Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Simpul Solo Raya, Astuti menyampaikan berharap layanan juga dapat dirasakan oleh pengidap penyakit mental.
"Ini yang perlu jadi awareness (kesadaran-red), ditekankan kepada para petugas, sehingga jika menemui teman-teman psikososial, difabel mental juga menyadari mungkin membutuhkan bantuan," ungkap Astuti.
Selanjutnya, salah seorang penyandang tuli dari Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Solo, Ismail berharap fasilitas di stasiun dapat ditambah guna mempermudah penyandang tunarungu.
"Semua orang harus lebih terbuka dengan difabel, petugas menggunakan bahasa isyarat, dan penanda-penanda visual bagi penyandang tuli," jelas Ismail.
Masukan juga telah disampaikan oleh beberapa lainnya.
Senior Manager KCI 6 Jogjakarta Solo, Adli Hakim Nasution mengaku akan meningkatkan fasilitas pelayanan KRL terhadap penyandang difabel, termasuk edukasi bagi para petugas.
"Pedoman-pedoman atau standar yang bisa dijadikan acuan agar KRL dapat mempertimbangkan keselamatan bagi difabel," ungkap Adli.
Ia juga mengaku telah menemui penyandang difabel yang telah menerima pengolahan untuk menaiki KRL pada Senin (1/8) untuk mengucapkan permohonan maaf secara langsung.
"Sebelumnya kami juga telah menemui secara langsung di rumah Ilham di hari sebelumnya untuk memohon maaf secara langsung," jelasnya.
Sementara itu atas semua diskusi, Ketua Pelaksana TAD Kota Solo, Sri Sudarti berharap KAI dapat menambah fasilitas pelayanan bagi difabel, sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
"Saya tegaskan dan saya mantapkan bahwa KAI wajib punya SOP dalam melayani ragam disabilitas termasuk aturan kursi roda, kemudian modifikasi yang memungkinkan diangkut oleh KAI," simpul Darti.
Ia juga menyebut penyandang difabel perlu paham dengan aturan-aturan yang ada di fasilitas umum, termasuk KAI. Selain itu tak ada lagi tindakan diskriminasi kepada penyandang disabilitas.
"Banyak ragam disabilitas. Semoga KAI bisa memberi fasilitas yang mudah, ramah, kenyamanan, keselamatan bagi difabel. Semua orang hrs lbh terbuka dgn difabel," lanjutnya.
Selanjutnya, TAD akan bekerja sama dengan KAI terkait sosialisasi SOP pelayanan bagi difabel.
"TAD Kota Solo sedang membuat buku pedoman layanan disabilitas. Nanti bisa digunakan pegangan di semua dan ini mungkin masih 70 persen. Setidaknya nanti kalau buku pedoman ini selesai akan lonceng dan sangat berguna sebagai pedoman," imbuhnya. (riz)
()