Hard News

Manfaatkan DNA Pasien, Mahasiswa ITS Mampu Deteksi Penyakit Leukimia

Hard News

17 Maret 2018 23:09 WIB

Moh Hamim Zajuli Al Faroby (ristekdikti.go.id)

SURABAYA, solotrust.com- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mensinyalir kanker sebagai salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Fakta ini mengilhami Moh Hamim Zajuli Al Faroby, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), membuat program deteksi sejak dini jenis kanker darah atau leukimia.

Hamim mengatakan kanker merupakan suatu penyakit unik. Jenis penyakit ini cenderung mengikuti pola pertumbuhan dan penyebaran tertentu. Imbasnya berbeda jenis kanker, berbeda pula cara penanganannya.



Mahasiswa jurusan matematika baru saja diwisuda ini menjelaskan, berdasarkan studi penelitian, setidaknya ada empat jenis kanker darah atau penyakit leukimia paling umum di dunia. Sementara dari empat jenis ini masih terklasifikasi lagi ke dalam beberapa subjenis. Semakin dini jenis leukimia teridentifikasi, semakin baik pula penanganan dapat dilakukan.

“Selama ini tenaga medis membutuhkan serangkaian tes untuk mempelajari contoh jaringan kanker dan tentunya memakan biaya dan waktu yang tidak sedikit,” ujar pemuda asal Gresik, dilansir dari laman resmi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI, ristekdikti.go.id, Sabtu (17/03/2018).

Memanfaatkan kecerdasan buatan (artificial intelegence), Hamim berhasil merancang program pendeteksi jenis leukimia dengan memanfaatkan DNA/RNA pasien.

“DNA/RNA pasien yang telah termutasi karena sel kanker diubah ke dalam bentuk numerik, kemudian dimasukkan ke program dan akan ketahuan jenis leukimia yang diderita pasien,” jelas pecinta teknologi komputer ini.

Dalam prosesnya, urai Hamim, program menggunakan metode klasifikasi Support Vektor Machine memakai 40 data DNA/RNA positif leukimia dari National Center of Biotechnology Information (NCBI) dan European Molekuler Biotechnology Laboratory (EMBL) untuk dijadikan data latihan bagi pengklasifikasian data.

Hasilnya terdapat 64 ciri dari DNA/RNA leukimia yang tereduksi lagi menjadi hanya dua ciri. Selanjutnya, data latihan itu digunakan menguji 25 data lain guna mengetahui akurasinya.

“Gunanya untuk melihat performa dari program ini melalui tingkat akurasi prediksi,” tutur dia.

Keluaran dari program ini, kata Hamim, divisualisasi pada bidang dua dimensi untuk mempermudah analisis. Semakin banyak data latihan digunakan akan semakin akurat pula prediksi diberikan oleh program rancangannya.

“Ke depannya akan ditambah lagi data yang dilatih agar semakin tinggi tingkat sensitifitas dalam mendeteksi jenis leukimia,” terangnya optimistis.

Hamim berencana mengembangkan penelitian terkait program kreasinya ini hingga mampu mendeteksi keberadaan kanker hanya berdasarkan kode DNA/RNA yang dinumerikkan.

“Rencananya, akan diperluas menjadi program pendeteksi kanker leukimia secara global dan bermanfaat bagi kesehatan masyarakat dan bangsa,” pungkasnya.

(and)