REMBANG, solotrust.com - Imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) masih dirasakan oleh para nelayan kecil di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Keuntungan dari hasil melaut kian menipis karena harus dipotong biaya operasional untuk membeli BBM solar yang mengalami kenaikan harga sepekan ini, Rabu (14/9).
Mariyono, nelayan asal Desa Tajungsari Kecamatan Rembang mengaku keuntungan yang didapat dari hasil melaut setiap harinya sangatlah minim. Pasalnya naiknya harga BBM solar tidak diimbangi dengan naiknya harga ikan hasil tangkapan nelayan harian.
"Naiknya harga solar sangat terasa. Pendapatan semakin berkurang, tapi harus tetap melaut meski hasil tangkapan (ikan) juga lagi sepi," katanya.
Bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Mariyono terpaksa mencari kerja sampingan dengan menjadi kuli bongkar ikan ketika ada kapal cantrang yang bersandar di pelabuhan. Dia berharap kondisi seperti ini dapat segera berlalu dengan adanya kenaikan harga ikan tangkapan nelayan kecil seperti dia.
"Kalau tidak miyang (melaut) biasanya saya ikut bongkar (ikan) kapal cantrang yang besar. Mudah-mudahan harga ikan bisa segera naik," bebernya.
Disebutkannya, nelayan kecil seperti dirinya ketika melaut mendapat hasil tangkapan ikan bilis dan ikan pengkah. Untuk ikan bilis dijualnya dengan harga Rp4.500 per kilogram. Sedangkan ikan pengkah Rp8 ribu per kilogram.
"Harapanya ya naik seribu saja tidak apa-apa, misal Rp8 ribu jadi Rp9 ribu dan Rp4.500 jadi Rp5.500. Kan lumayan itu," ucapnya.
Saat musim tertentu, lanjut dia, sekali melaut bisa mendapat hasil tangkapan ikan sebanyak 25-50 kilogram. Namun tak jarang dirinya juga tidak mendapat ikan sama sekali dan pulang dengan tangan kosong.
"Tergantung musimnya, kalau lagi sepi pas menebar jaring ya tidak dapat apa-apa. ya rugi solar sama rugi (bekal) hariannya," ujarnya.
Penderitaan yang sama juga dialami Tri Widodo, nelayan kecil lainnya di Desa setempat. Bahkan tidak sedikit rekan-rekan nelayan memutuskan tidak melaut karena biaya operasional tidak sebanding dengan keuntungan hasil tangkapan.
"Kalau saya kadang-kadang saja melautnya. Kadang dua hari sekali, kadang tiga hari sekali. Soalnya harga BBM (solar) naik," ungkapnya.
Subsidi BBM dari pemerintah untuk nelayan kecil seperti dirinya juga belum didapatkannya. Hal itu semakin mempersulit kondisinya yang hanya mengandalkan keuntungan menjual hasil tangkapan dari laut untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
"Kalau hasil tangkapan (ikan) tidak mumpuni ya pasti tekor," pungkasnya. (mn)
()