SOLO, solotrust.com - Komunitas KomuniKota Visual bersama Seniman Aceh punya cara unik dalam mengenalkan gamelan sebagai Warisan Budaya TakBenda United Nations Educational, Scientific and Cultural Organizations (UNESCO). Mereka menggelar pertunjukan kolaboratif poster, pantomim, dan gamelan di Pasar Gede, Solo, Kamis (22/9) pagi.
Mereka beraksi tepat di pintu utama Pasar Gede di tengah lalu-lalang pengunjung dan pedagang pasar. Dalam pertunjukan itu, seniman memperagakan seni pantomim membawa dua buah kenong dan berlatar tiga poster yang dipajang di sekitaran pintu masuk.
Pertunjukan ini dilakukan sebagai upaya komunitas tersebut untuk terus menggenalkan gamelan yang telah ditetapkan sebagai warisan UNESCO sejak 2021 silam. Selain itu, momen ini beririsan dengan pemberian sertifikat UNESCO kepada Indonesia pada pekan lalu.
"Informasi ini harus dirayakan, gamelan milik kita, itu bisa dinikmati, masyarakat orang awam khususnya pengunjung di Pasar Gede biar tahu, gamelan itu sudah diakui oleh UNESCO," kata Co-Founder KomuniKota Visual, Herry Prilosadoso usai pertunjukan, Kamis (22/9) pagi.
Nampak seorang tukang becak antusias menyaksikan pertunjukan pantomim, poster, dan gamelan di depan Pasar Gede, Solo. Kamis (22/9) pagi. (Foto: Dok. Solotrust.com/dks)
Baginya, gamelan mesti terus dikenalkan ke masyarakat umum agar tak punah dari peredaran zaman. Hal ini juga menjadi tanggung jawab segenap masyarakat Indonesia sebagai pemilik sah warisan UNESCO itu, untuk terus merawat dan melestarikan gamelan sebagai marwah bangsa.
"Kita memiliki tanggung jawab moral untuk melestarikan dan mengembangkan agar tidak punah, karena UNESCO kalau gamelan ini tidak ada unsur pengembangan dan sebagainya, kemungkinan dicabut, dan PR besar masyarakat umum; paling tidak mengenal," tuturnya.
Pengenalan itu, menurut Herry bisa dilakukan dengan beragam upaya. Seperti pertunjukan pantomim dan poster yang ia nilai mudah dipahami dan menghibur masyarakat umum.
"Pantomim hemat kami secara teatrikal atau visual itu mudah pesannya bisa diterima, selain itu menghibur, terakhir karena unik. Karena biasanya pantomin di panggung-panggung, event tertentu, kita coba tingkatkan di masyarakat kolaborasi dengan poster, karena pesannya mudah diterima verbal maupun visualnya," ucapnya.
Sementara itu, sang penampil pantomim Seniman Aceh, Rasyidin menyambut upaya kolaboratif ini. Menurutnya, masyarakat harus punya rasa memiliki terhadap gamelan. Rasa kepemilikan itu pada akhirnya akan menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk sama-sama melestarikan dan mengembangkan.
"Gamelan ini sendiri bukan hanya milik orang-orang tradisi saja, namun juga milik semua kalangan kemudian kita mencoba menyinergiskan bahwa pantomim gamelan ini bisa dikolaborasikan dengan apa saja termasuk salah satunya pantomim," ujarnya di kesempatan yang sama.
Seniman sekaligus dosen Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh yang telah menggeluti seni pantomim selama 22 tahun ini menilai, gamelan selanjutnya mesti terus dikembangkan sebagai daya tarik turis mancanegara untuk datang ke Tanah Air.
"Nah ini sebenarnya menjanjikan buat kita untuk memperbanyak wisatawan asing datang ke kita dan kemudian mempelajari kesenian kita, kemudian mereka bisa menginformasikan kepada kerabatnya sebagai pembelajaran yang cerdas bahwa dengan sertifikasi ini seluruh dunia sudah tahu ini Indonesia," pungkasnya. (dks)
(zend)