Serba serbi

Angka Diabetes di Indonesia Cukup Tinggi, Perbaiki Pola Hidup Sehat

Kesehatan

18 Oktober 2022 12:35 WIB

ilustrasi. (Foto: Pixabay/Timisu)

SUMBAWA, solotrust.com - Angka diabetes di Indonesia tinggi. Dalam kunjungannya ke sejumlah Posyandu Prima di Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat, sebagaimana dikabarkan Kementerian Kesehatan dalam lamannya Jumat (14/10), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menemukan beberapa masalah kesehatan yang terjadi disana, seperti angka hipertensi dan diabetes yang tinggi.

''Saya tadi lihat di Dusun Jelenga, presentase masyarakat yang terkena diabetes sekitar 17,5 persen, kalau di Desa Goa angka diabetesnya sebesar 8 persen. Selain itu hipertensi disana juga tinggi,'' kata Menkes.



Menkes menekankan, diabetes yang tidak tidak terkontrol dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti komplikasi jantung, stroke dan gagal ginjal yang mengharuskan pasien melakukan cuci darah sepanjang hidupnya.

''Penyakit gula itu jelek sekali. Kenapa? karena dia ibu dari segala penyakit. Kalau kadar gula tidak terkontrol selama 3-5 tahun itu pasti harus cuci darah, atau kena stroke atau kena jantung,'' ujar Menkes.

Sebagai gambaran, seorang penderita diabetes yang telah mengalami komplikasi gagal ginjal harus melakukan cuci darah sekitar 3 sampai 4 hari per minggu.

Dalam sekali cuci darah membutuhkan waktu 3 sampai 4 jam. Hal ini tentunya memengaruhi kualitas hidup, produktivitas serta ekonomi penderita.

''Artinya ini tidak ada kehidupan lagi. Kalau bisa jangan sampai cuci darah, supaya jangan cuci darah jangan diabetes, supaya jangan diabetes gula darahnya harus di kontrol,'' harap Menkes.

Masalah kesehatan tersebut, lanjut Menkes adalah masalah bersama. Untuk itu, sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan, Menkes mengajak kader-kader kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) untuk menjadi pelopor kesehatan di masyarakat.

Diantaranya aktif melakukan kegiatan promotif preventif melalui edukasi dan sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Tujuannya agar masyarakat sadar akan pentingnya pola hidup sehat, agar terhindari dari berbagai penyakit berbahaya khususnya 4 penyakit tidak menular penyebab kematian tertinggi di Indonesia yakni jantung, stroke, diabetes dan gagal ginjal.

Menkes menguraikan pola hidup sehat yang bisa dilakukan masyarakat dengan menjaga pola makan sehat, menjaga berat badan ideal, mengontrol kolesterol dan kadar gula dalam darah, aktif melakukan aktivitas fisik serta mengajak masyarakat untuk rutin memeriksakan kesehatannya di Posyandu Prima.

''Tolong jaga kesehatan, kalau kita bisa jaga kesehatan dengan baik agar lebih produktif dan sehat,'' ajak Menkes.

Ya, gaya hidup sehat memang diperlukan untuk menurunkan risiko diabetes, seperti dipaparkan dr. R.Bowo Pramono, dosen penyakit dalam sub-bagian endokrin Fakultas Kedokteran (FK) UGM.

Guna menekan risiko terkena diabetes, seperti diwartakan humas UGM di lamannya, Bowo mengimbau masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan. Hal itu dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup lebih sehat, yaitu makan diatur sesuai dengan kebutuhan, menjaga komposisi nutrisi yang seimbang, dan melakukan olahraga minimal 30 menit per hari.

Bowo menekankan pentingnya pengenalan sejak dini gejala diabetes untuk menekan risiko terserang penyakit berbahaya ini. Pasalnya, sebagian besar penderita yang datang ke rumah sakit sudah dalam kedaan komplikasi. Menurut Bowo yang terpenting saat ini adalah pencegahan sekunder agar penderita diabetes tidak mengalami komplikasi akut.

Diabetes Melitus (DM) yang tidak dikelola dengan baik, kata Bowo, akan menimbulkan komplikasi kronik berupa stroke, gangguan syaraf tepi, serangan jantung, penglihatan kabur, dan amputasi kaki. Demikian pula, pencegahan tersier agar penderita diabetes yang sudah komplikasi tidak menjadi cacat, mengalami amputasi, bahkan meninggal dunia.

"Pencegahan ini bisa berhasil jika penderita diabetes mendapat pengelolaan yang benar dan lengkap baik dalam pelayanan kesehatan primer maupun tingkat lanjutan," ujarnya.

Dalam tata laksana DM, ditegaskan Bowo, sebaiknya dilakukan secara menyeluruh dan ada kerja sama antara dokter, perawat, ahli gizi, pasien, keluarga pasien, dan masyarakat. Penatalaksanaan DM ini mempunyai sejumlah komponen penting yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain dan dilaksanakan secara bersamaan.

"Edukasi pola hidup sehat ke masyarakat, olahraga, melakukan pengaturan diet, terapi farmakologis, dan melakukan pemantauan kadar gula darah secara mandiri," terangnya.

Kepala SMF/KSM Penyakit Dalam RS. Dr. Sardjito ini menjelaskan terdapat empat tipe diabetes yang menyerang manusia. Pertama, DM tipe 1 yang terjadi karena kerusakan sel beta pankreas sehingga terjadi defesiensi insulin absolut yang menyebabkan ketergantungan insulin. Tipe ini umumnya terjadi pada anak-anak karena persoalan autoimun.

Kedua, DM tipe 2 yang tidak menimbulkan ketergantungan pada insulin. Biasanya terjadi pada orang dewasa karena obesitas dan pola hidup tidak sehat.

Berikutnya, diabetes tipe lain yang terjadi akibat adanya infeksi pada pankreas, tumor, imunologi, dan sindrom genetik lain terkait diabetes. Selain itu, karena pengaruh obat dan zat kimia yang mengandung kortikosteroid yang biasa diberikan pada pasien lupus, asma, dan gangguan ginjal.

Kemudian diabetes gestasional, yaitu diabetes yang pertama kali didiagnosis saat kehamilan. Setelah melahirkan dapat kembali normal, tetapi juga tetap menjadi diabetes apabila tidak ada penanganan dengan baik.

Seseorang dapat berisiko terkena diabetes karena memiliki riwayat keluarga yang terkena diabetes. Selain itu, seseorang dengan hipertensi, gangguan kolesterol, dan obesitas sangat rentan terkena diabetes.

“Penyakit ini juga mengintai orang yang berusia diatas 45 tahun karena kelelahan pankreas," tutur Bowo yang aktif dalam POKJA Hipofise Persatuan Endokrinologi Indonesia (PERKENI).

Lalu seperti apa gejala orang yang terkena diabetes? Bowo menjelaskan bahwa seseorang yang terkena diabetes sering merasakan haus yang luar biasa sehingga banyak minum, banyak makan, sering buang air kecil terutama pada malam hari. Di samping itu, mengalami penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. (Lin)

(zend)