SOLO, solotrust.com - Tempat Pembuangan Umum (TPU) Putri Cempo, Mojosongo bukan hanya menjadi tempat pembuangan akhir sampah di Kota Solo, namun juga spot favorit menggembala sapi. Ya, sapi-sapi sering terlihat mengais makanan bersinggungan orang-orang yang tengah memilah sampah.
Bukan hanya satu atau dua ekor, tapi ada puluhan ekor sapi. Sebagian dari sapi itu ada yang menggerombol, namun ada pula berdekatan dengan orang-orang. Karena sudah biasa, sapi-sapi itu tak takut dengan manusia.
Namun, sapi-sapi itu tidak layak jika disembelih dan dikonsumsi dagingnya. Apalagi saat ini mendekati Hari Raya Iduladha. Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (DPKPP) Kota Solo, Eko Nugroho Isbandijarsoko, Senin (26/06/2023).
Menurutnya, sapi-sapi di TPU Putri Cempo setiap hari memakan sampah, akibatnya meninggalkan zat-zat residu di daging sapi.
"Sebetulnya sih karena adanya residu itu. Residunya timbal dan logam berat," jelas Eko Nugroho Isbandijarsoko.
Oleh sebab itu, sapi-sapi di TPU Putri Cempo tak digunakan sebagai hewan kurban. Pasalnya, sapi-sapi di sana terindikasi memiliki residu logam berat dan timbal.
"Kalau dikonsumsi kan tidak secara langsung memberikan bahaya pada manusia, tapi kan secara kumulatif dan kalau selalu terpapar kan juga menimbulkan yang tidak diinginkan, seperti adanya zat karsinogenik," jelasnya lagi.
Jikalau memang sapi-sapi itu ingin dikonsumsi perlu dilakukan karantina terlebih dahulu, setidaknya selama lebih kurang tiga bulan. Kendati demikian, dalam jangka waktu tersebut tidak dapat menghilangkan zat residu di tubuh sapi.
"Ya sejauh ini sih belum bisa (menghilangkan residu) karena kalau sudah masuk (termakan) kan biasanya sudah terendap di situ dan tidak bisa dihilangkan," papar Eko Nugroho Isbandijarsoko.
Dalam masa karantina, sapi-sapi akan diberi pakan selayaknya sapi ternak umumnya. Namun, upaya karantina itu juga bukan hal mudah dilakukan.
"Agak sulit juga sih mengubah kebiasaan makan itu, harus sedikit-sedikit. Misalkan persentasenya dikurangi sampai seratus persen berubah jadi pakan biasa," kata Eko Nugroho Isbandijarsoko.
Berdasarkan data dari DPKPP, sapi-sapi yang hidup di TPU Putri Cempo saat ini lebih kurang berjumlah 200 ekor. Kendati masih ada banyak yang berkeliaran bebas, namun saat ini sebagian pemilik sudah mengandangkan sapi-sapinya.
"Sekarang kan juga mau digunakan untuk PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah), nah itu kan sekarang sudah ada upaya untuk mengandangkan sapi-sapi yang ada di sana. Sebagian besar juga peternak di sana kan juga sudah mulai mengandangkan sapi-sapinya agar tidak diumbar di TPU," papar Eko Nugroho Isbandijarsoko. (riz)
(and_)