SOLO, solotrust.com - Shalahuddin Siregar, sutradara film Pesantren berhasil menarik seluruh pandangan para penonton yang hadir kala itu dalam pemutaran film Pesantren, Jumat (07/07/2023) di Ndalem Djojokoesoeman, Solo. Pemutaran film ini merupakan salah satu agenda Festival Literasi Patjar Merah dan road show film Pesantren dipersembahkan Bioskop Online bersama Patjar Merah dan komunitas Kembang Gula.
Film Pesantren menyajikan dokumenter kehidupan para penghuni Pondok Kebon Jambu Al-Islamy, salah satu pesantren tradisional terbesar di Cirebon. Penonton dibawa untuk mengenal lebih dekat kehidupan para santri yang mengenalkan pada pemikiran kritis, mendukung kesetaraan gender, hingga menghargai keragaman. Banyak nilai baik diajarkan, seperti agama Islam itu damai, sejuk, dan merangkul.
Usai film berdurasi sekira seratus menit ini diputar, penonton diajak berdikusi bersama. Dipandu moderator Kalis Mardiasih, menjajaki diskusi dengan salah satu pemain dalam film ini Diding Abdul Qodir; produser Bioskop Online Hanna Humaira; penulis 'Santri Surakartan' Bagus Sigit Setiawan; dan videografer Mojok.co, Mohammad Ali Maʼruf.
Diding Abdul Qodir, salah satu pemain film Pesantren membagikan cerita berharga mengenai pengalamannya selama syuting dan peran dimainkannya.
"Harapannya film dokumenter ini bisa memberikan pengalaman dan pandangan baru tentang para santri. Lewat cerita yang disampaikan penonton jadi tahu kalau santri bukan cuma belajar ilmu agama dan mengaji," ungkap Diding Abdul Qodir.
Selain itu, produser Bioskop Online, Hanna Humaira menyampaikan alasan Bioskop Online memilih menayangkan film Pesantren.
"Film ini memang menghadirkan sesuatu yang berbeda. Salah satunya menghadirkan sudut pandang tentang diajarkannya toleransi, kesetaraan gender, dan diungkapkannya bahwa kehidupan di dalam pondok itu menyejukkan," terang Hanna Humaira.
"Hal-hal menarik itulah yang membuat Bioskop Online menayangkan film ini. Ditambah film ini memang sudah lama ditunggu penayangannya, disertai dengan pencapaian seperti pernah terpilih di festival internasional,” lanjutnya.
Di sela diskusi, Hanna Humaira juga menanyakan pendapat Kalis Murdiasih selaku moderator, bagaimana pandangannya mengenai film Pesantren.
"Bagi saya Pesantren Pondok Kebon Jambu ini sangat penting, terutama hubungan saya dengan ibu nyai. Ketika saya melakukan diskusi bersama ibu nyai, saya merasa setiap kata-kata yang dikeluarkan oleh ibu nyai itu menyejukkan hati saya. Saya sangat senang ketika akhirnya film Pesantren ini diangkat menjadi sebuah film dokumenter dan bisa dinikmati oleh orang banyak," beber Kalis Murdiasih.
"Pondok Pesantren Kebon Jambu menjadi tempat persinggahan saya yang paling nyaman. Saya sudah mencintai Pondok Pesantren Kebon Jambu dari tahun 2017. Tontonan film pesantren ini yang memotret Pondok Pesantren Kebon Jambu, ada banyak sekali harapan dalam film ini" sambungnya.
Animo tinggi dari penonton sejalan dengan kualitas film Pesantren yang sudah terbukti di kancah internasional. Film ini telah menorehkan sejumlah prestasi, di antaranya kompetisi XXI Asiatica Film Festival 2020 dan terpilih di International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) 2019.
IDFA adalah festival dokumenter paling bergengsi dan terbesar di dunia. Film ini juga telah tayang di Madani International Film Festival dan sempat ditayangkan di The University of British Columbia pada Maret 2022.
Alur cerita menarik serta raihan prestasi film Pesantren membuat Bagus Sigit Setiawan selaku penulis dan videografer Mojok.co Mohammad Ali Ma'ruf turut memberikan pendapat mereka tentang perspektif unik yang hadir lewat film ini.
"Pengambilan gambar film ini benar-benar menceritakan tentang kehidupan apa adanya, namun juga sarat akan makna. Pastinya menginspirasi para penonton, baik penonton yang sudah mengetahui tentang ajaran didapat para santri atau bagi orang awam sekalipun tentang kehidupan di pondok pesantren," kata Mohammad Ali Ma'ruf.
Sementara itu, penulis "Santri Surakartan" yang juga salah seorang alumnus pesantren, Bagus Sigit Setiawan berpendapat, penggambaran dokumenter film Pesantren terlihat begitu natural oleh para guru dan santri-santrinya.
"Film ini memberikan sesuatu yang berbeda, salah satu sisi menariknya karena film ini menyajikan kehidupan di Pondok Kebon Jambu Al-Islamy Cirebon dipimpin seorang perempuan, Nyai Hj Masriyah Amva. Salah satu yang saya sukai adalah representasi pesantren dan kehidupan di dalamnya begitu natural. Seperti itulah kehidupan di pesantren," papar Bagus Sigit Setiawan.
"Film ini juga bukan hanya bisa dinikmati oleh umat beragama Islam saja, tetapi juga bisa dinikmati oleh orang beragama di luar Islam karena banyak nilai menarik di dalamnya," imbuhnya.
Pesantren adalah film dokumenter karya sutradara Shalahuddin Siregar yang tak boleh dilewatkan. Para penonton dapat memetik nilai-nilai disampaikan melalui kisah inspiratif di dalamnya.
Pesantren merupakan salah satu film premiere dari Bioskop Online yang tayang terbatas hingga 23 Juli 2023 mendatang. Sejak penayangannya, film ini telah mencuri perhatian para penonton. (riz)
(and_)