Solotrust.com – Banyak mahasiswa asal Indonesia berkuliah alias menempuh pendidikan tinggi di luar negeri, salah satunya Singapura.
Negeri Singa secara administratif memang lebih kecil ketimbang Indonesia, namun negara ini terbilang sudah cukup maju.
Tak heran jika banyak anak muda dari Indonesia menjadikan Singapura sebagai tujuan menempuh pendidikan S-1, S-2, hingga S-3.
Belum lama ini berembus kabar banyak mahasiswa asal RI setelah lulus kuliah malah memilih pindah kewarganegaraan menjadi warga negara (WN) Singapura.
Dirjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Silmy Karim mengungkapkan banyak mahasiswa Indonesia pindah menjadi warga Singapura.
Wakil Ketua Komisi X DPR, Dede Yusuf menyinggung perbedaan gaji antara di Tanah Air dengan Singapura.
"Mereka khawatir ketika sudah mendapatkan gelar S-2, S-3 atau berapa pun, pulang ke Indonesia dapat gajinya UMR (upah minimum regional)," kata dia kepada wartawan, Minggu (09/07/2023), dikutip dari sebuah sumber.
Menurut Dede Yusuf, dirinya kerap mendengar kasus itu langsung dari mahasiswa yang ada di luar negeri. Karenanya, ia pun menyarankan harus ada kontrak di beasiswa agar mahasiswa setelah merampungkan pendidikan wajib balik ke Indonesia.
“Kalau beasiswa LPDP misalnya, itu kami meminta agar harus ada kontrak kerja, jadi bukan hanya sekadar melempar orang kuliah di luar,” seru Dede Yusuf.
“Disusul juga dengan kontrak kerja. Seandainya mereka lulus, mereka langsung ditempatkan bekerja di kantor-kantor pemerintahan lembaga-lembaga negara,” tambahnya.
Mahasiswa Indonesia di luar negeri, menurut Dede Yusuf butuh kepastian. Terkait pekerjaan, mahasiswa yang baru lulus dapat disalurkan ke kantor-kantor Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau pun kementerian.
“Butuh keseriusan dari pihak pemerintah karena selama ini beasiswa (yang) diberikan, tapi tidak ada kontrak kerja,” tuturnya.
Mengatur upah minimum regional (UMR) agar lebih tinggi atau setara dengan Singapura, kata Dede Yusuf, bukan merupakan solusi tepat. Terlebih, angka kemiskinan di Indonesia terbilang cukup tinggi.
“Solusinya negara harus memprioritaskan bagaimana siswa-siswa kita yang berbakat dan punya kemampuan lebih itu ditarik kembali ke Indonesia, diberikan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan karena kita butuh anak anak yang pintar-pintar seperti itu,” tegasnya.
Di lain pihak, Director Political Economy & Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, mengatakan secara umum penghasilan di Singapura jauh lebih tinggi ketimbang Indonesia. Hal itu diduga menjadi salah satu motivasi tersendiri bagi mahasiswa Indonesia di Singapura untuk bekerja di sana dan pindah kewarganegaraan.
“Penghasilan di Singapura jauh lebih tinggi dari di Indonesia sehingga biaya hidup yang juga relatif tinggi tidak menjadi masalah. Bekerja di Singapura memberi kepastian masa depan,” kata dia.
Jumlah mahasiswa Indonesia pindah menjadi WN Singapura terbilang cukup tinggi setiap tahun.
“Saya lupa kalau nggak seratus, seribu orang mahasiswa Indonesia di Singapura menjadi warga Negara Singapura setiap tahun. Bersaing kita rebut orang-orang hebat, pintar,” kata Silmy Karim dalam Festival Gen Z 2023 by CentennialZ, Sabtu (08/07/2023). (Rani)
*) Berbagai sumber
(and_)