Pend & Budaya

Bullying seakan Menjadi Budaya yang Dipelihara pada Ruang Pendidikan

Pend & Budaya

2 Oktober 2023 11:32 WIB

Ilustrasi (Foto: Pixabay/Geralt)

Solotrust.com – Beberapa waktu ke belakang jagat maya dihebohkan rekaman amatir diduga sebagai aksi perundungan anak SMP di salah satu daerah. Bukan hanya itu, beberapa kasus perundungan atau tindak bully, terkhusus di ruang pendidikan menjadi semakin marak terjadi.

Hal ini bukan hanya terjadi antara peserta didik ke temannya, namun juga peserta didik ke pengajar atau sebaliknya. Tentu ini sangat miris, mengingat banyaknya campaign ‘say no to bully,’ namun tidak memiliki efek signifikan pada kasus yang terjadi.



Lingkup pendidikan sudah seharusnya membentuk ruang aman bagi semua peserta didik. Adanya penekanan terhadap pengaplikasian nilai-nilai akhlak dan norma masyarakat tentu menjadi satu hal yang memantik bagaimana tindak seperti ini dapat dicegah. Namun, pertanyaannya adalah mengapa ini masih bisa terjadi, bahkan semakin sering didengar kasus bully di ruang akademik.

Sebut saja kasus FF (14) salah satu siswa SMP di Cimanggu, Kabupaten Cilacap yang menjadi korban perundungan ‘brutal’ rekan-rekannya. Kasus ini memang masih terbilang hangat dan dalam proses penyelidikan.

FF yang menjadi korban saat ini juga masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Majenang yang kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto. Pelaku perundungan juga sudah dalam pengamanan pihak kepolisian.

Kasus lain juga masih hangat dibicarakan adalah seorang bocah SD di Cikole diduga mengalami perundungan (bullying) dua orang temannya. Kasus ini terbongkar setelah tujuh bulan saat peristiwa itu terjadi.

Orangtua korban DS (45) juga sempat menuturkan kasus ini sebenarnya sudah diketahui pihak sekolah, namun sengaja ditutup-tutupi. Hal tersebut tidak terbukti secara data karena minimnya barang bukti yang dimiliki.

Ayah korban juga sempat membeberkan sang anak sempat mengalami ketakutan untuk menceritakan kejadian tersebut. Kabar terbaru, kasus tersebut berakhir damai.

Sebenarnya masih banyak kasus perundungan atau pembullyan terjadi di lingkungan akademik secara khusus. Lambatnya penanganan dan ketidaktahuan informasi menjadi salah satu alasan acapkali dilontarkan pihak sekolah.

Belum lagi dengan usaha mendamaikan antara korban dan pelaku tanpa memberi efek jera sang pelaku membuat kasus bully di lingkungan pendidikan Indonesia kian meningkat. Lagi, bukan permasalahan kurangnya moral yang diberikan, namun lingkup pengawasan dan kurangnya ketegasan aturan dari tiap instansi yang secara khusus mengatur kasus seperti ini.

Berlindung dari kata-kata ‘mereka masih di bawah umur, masa depan masih panjang’ agaknya menjadi alasan sering kali kasus perundungan berakhir damai. Miris dan sangat disayangkan sekelas sekolah dan ruang pendidikan dirasa aman bagi anak didiknya ternyata menimbulkan rasa traumatik dan tidak aman.

Terlebih lagi adanya beberapa sekolah di Indonesia lebih mementingkan ‘nama baik dan reputasi’ sekolah daripada penegakan sila kedua Pancasila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradap”. Tentu nilai tersebut sudah mulai memudar dengan sistem pendidikan bobrok seperti ini.

Sebenarnya peran ruang pendidikan (sekolah) di Indonesia itu seperti apa? Apakah hanya sekadar mengajari kerapian dengan memotong rambut panjang atau mengatur gaya berpakaian anak didik selama di sekolah?

Memangnya rambut panjang itu berpengaruh dengan watak atau sifat seseorang? Sistem pendidikan di Indonesia saat ini diterapkan bukan hanya menjadi satu pertanyaan besar, namun harus menjadi catatan besar bagi pemerintah dan instansi pendidikan dalam melihat regulasi yang dibuat sudah tepat sasaran atau malah membebankan. Bagaimana tidak, ruang aman itu tidak lagi kita dapatkan di sekolah kalau masih ada campur tangan sekolah dalam menutupi atau berusaha menghilangkan jejak dari kasus seperti ini.

*) Penulis: Alan Dwi Arianto

()

Berita Terkait

Marak Bullying dan Kekerasan Seksual di Sekolah, Pencegahan Bisa Dimulai dari Keluarga

Jaksa Masuk Pesantren Tangkal Bullying Sesama Santri

Memotret Fenomena Asal Viral Film Budi Pekerti: Angkat Kisah Cyber Bullying, Sabet 17 Piala Citra 2023

Marak Kasus Perundungan Pelajar, Mbak Ita Minta Perbaikan Sistem dan Pendampingan

Mahasiswa KKN Unisri Edukasi tentang Bullying dan Dampaknya pada Kesehatan Mental

Pelaku Perundungan Siswi di Karanganyar Ramai-ramai Minta Maaf ke Orangtua Korban

Jasa Raharja dan Korlantas Polri Serahkan Buku Pendidikan Lalu Lintas kepada Tenaga Pengajar di Jawa Timur

RSGM Soelastri Solo Menuju Center of Excellent Pendidikan Kedokteran Gigi Spesialistik

Dinas Pendidikan Kota Semarang Intensifkan Konseling di Sekolah

Pemilu 2024, Mahasiswa UMS Tuntut Netralitas Institusi Pendidikan dan Gerakan Mahasiswa

Cair, Lebih Rp5 Miliar Tunjangan Profesi Guru Satuan Pendidikan Muadalah dan Diniyah Formal Pesantren

RG Litbang Pendidikan Ekonomi FKIP UNS Berikan Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka dan Proyek Kewirausahaan di SMAN 2 Surakarta

STIE Semarang Gelar Gathering Bersama para Stakeholders

Siswa SD MPK Boyolali Buat Parcel untuk Kaum Duafa

Marak Bullying dan Kekerasan Seksual di Sekolah, Pencegahan Bisa Dimulai dari Keluarga

SSB Bintang FC Rembang Juara III Turnamen CCFA International Football di Thailand

Dinas Pendidikan Kota Semarang Intensifkan Konseling di Sekolah

Sosialisasi Piterpan, Mbak Ita Ingin Kantin Sekolah Sediakan Makanan Berprotein dan Sayur

Kakanwil Kemenkumham Jateng Ingatkan Jajarannya Perkuat Keamanan dan Ketertiban Lapas

Bikin Ngakak! Pengamen Gagal Bunuh Diri Gara-gara Sungai Dangkal

Persis Solo Takluk dari PSCS Cilacap 1-2

Taman Bacaan Masyarakat Upaya Kabupaten Cilacap Bangun Budaya Literasi

Puan Minta Polri Usut Tuntas Kebakaran Kilang Minyak Pertamina di Cilacap

KPP Pratama Cilacap Blokir Penunggak Pajak Rp1,2 Miliar

Berita Lainnya