BOYOLALI, solotrust.com - Para pengelola destinasi wisata di wilayah Kabupaten Boyolali mendapatkan pelatihan dari Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) terkait kebersihan lingkungan, sanitasi dan pengelolaan sampah. Pihak dinas menekankan tempat wisata harus bersih.
Kegiatan diikuti 40 peserta dari masing masing perwakilan desa wisata diselenggarakan di Selo Boyolali, Senin (16/10/2023). Kepala Disporapar Boyolali, Budi Prasetyaningsih mengatakan, kegiatan ini diselenggarakan selama tiga hari. Pada hari pertama dan kedua peserta mendapatkan pembekalan teori, sedangkan hari ketiga praktik lapangan di tempat pengolahan sampah wilayah Banyumas.
“Pelatihan ini kami mengundang empat narasumber, yakni dari Dinkes Boyolali, STP Sahid Surakarta, TPS Teras, dan Sanitarian Desa Sruni Kecamatan Musuk,” urainya.
Dalam pelatihan ini para peserta dapat memahami kebersihan lingkungan pariwisata. Menurut Budi Prasetyaningsih, apabila lokasi pariwisata terlihat tidak bersih akan terkesan kotor dan membuat tidak nyaman pengujung.
“Tentunya mereka harus memahami pentingannya kebersihan lingkungan pada tempat pariwisata yang dia kelola. Tentu kalau tidak bersih akan membuat pengunjung tidak nyaman, akhirnya jarang wisatawan yang hadir,” ujarnya.
Dalam hal ini, para pengelola pariwisata juga harus mengetahui standar pengelolaan pariwisata, termasuk pengelolaan sampah. Mereka juga harus dapat mengevaluasi tempat wisata masing masing, bagaimana pengelolaan sampah maupun kebersihannya.
Budi Prasetyaningsih berharap, destinasi wisata di wilayah Boyolali semakin bersih sehingga berdampak positif terhadap wisatawan.
“Kebersihan tempat wisata tersebut juga termasuk kamar mandi. Kalau kamar mandinya pesing, bau, maka akan berdampak pada kunjungan wisata,” ucap dia.
Salah satu narasumber, Sariyono mengatakan tempat wisata tak lepas dari kuliner. Sementara kuliner tentu akan menghasilkan sampah.
“Pengelolaan wisata biasanya masih saja menyisakan timbunan sampah, terutama sampah organik yang menduduki paling tinggi,” katanya.
Banyaknya sampah menumpuk tentu akan menimbulkan bau menyengat serta menimbulkan lalat. Dengan begitu, sampah perlu dilakukan pengolahan melalui metode kompos.
“Nantinya, sampah organik tersebut setiap harinya kita giling dicampur dengan fermentasi kotoran hewan. Sampah tersebut lalu dimasukkan ke tanah yang sudah dilubangi. Sampah dimasukkan kemudian ditutup dengan tanah. Itu salah satu materi saya dalam pelatihan ini,” jelasnya.
Sementara itu, salah satu peserta, Sugianto Wibowo asal Desa Paras mengutarakan, pelatihan seperti ini tentu dapat menambah wawasan bagi para pengelola wisata.
“Setelah mendapat ilmu dari pelatihan ini akan kami terapkan di desa. Terkait sanitasi, di tempat saya memang masih kurang,” ungkap dia.
Sugianto mengaku, bahwa didesa nya terdapat wisata budaya peninggalangan Pakubuwono X berupa pesanggrahan.
“Sampai saat ini, kami hanya mengembangkan budaya lokal saja. Wisata berupa pesanggarahan petilasan Pakubuwono X,” pungkasnya. (jaka)
(and_)