Hard News

Sakiti Umat Islam dan Picu Konflik, Sukmawati Didesak Minta Maaf

Hard News

4 April 2018 14:58 WIB

Ilustrasi muslimah bercadar (pixabay.com)

JAKARTA, solotrust.com – Puisi berjudul ‘Ibu Indonesia’ karya Sukmawati Soekarnoputri menjadi kontroversial lantaran menyinggung azan dan cadar. Isi puisi yang dibacakan di ajang Indonesia Fashion Week 2018, persisnya saat peragaan busana perancang Anne Avantie dinilai telah melecehkan syariat Islam dan menyakiti hati umat muslim. Putri Sang Proklamator pun didesak segera minta maaf.

Wakil ketua DPR RI Taufik Kurniawan menegaskan isi puisi Sukmawati dapat memicu kembali terjadinya konflik karena menyakiti perasaan umat islam.



“Intinya puisi itu sangat menyakitkan umat muslim, serta dapat memicu potensi terjadinya konflik. Hal yang sudah dingin dan reda akan memicu kegaduhan lagi. Terus terang siapapun umat muslim akan tersinggung dengan ini karena sudah menyangkut hal yang fundamental, hal yang sangat menyentuh syariah penganut masing-masing umat beragama,” kata dia di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, dilansir dari laman resmi DPR RI, dpr.go.id, Rabu (04/04/2018).

Politisi PAN ini menginginkan agar masyarakat dapat terus menjaga situasi kondusif. Jangan membuat isu sara berpotensi merugikan orang lain dan memicu kembali terjadinya konflik.

“Janganlah sampai kita menyentuh proses sara. Apakah itu menyentuh puisi, kesenian ataupun budaya. Hal terpenting harus selalu menjaga stabilitas kebhinekaan yang ada. Jangan sampai yang sudah kondusif suasananya menjadi terprovokasi lagi dan situasinya jadi panas lagi,” seru Taufik Kurniawan.

Anggota Komisi III DPR RI Muslim Ayub juga menyesalkan puisi berjudul ‘Ibu Indonesia’ karya Sukmawati yang ditulis, sekaligus dibacakan sendiri oleh putri Proklamator Bung Karno itu.

"Masak konde disamakan dengan cadar. Azan disamakan dengan kidung. Bagi kami rakyat Aceh, itu sangat terpukul sekali mendengar kata-kata itu. Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan perkataannya," ujarnya.

Muslim Ayub berharap Sukmawati segera meminta maaf terhadap umat muslim. Jangan sampai kasus 212 terulang kembali dan agar tensi masyarakat tidak bertambah tinggi.

“Kalau dia minta maaf atas kekhilafannya itu, kita harus memaafkan. Apalagi dia juga muslim. Namun terlepas dari itu, saya yakin dia tidak sengaja, dia tidak tahu tentang syariat Islam, mungkin pendalaman akidahnya kurang atau kedangkalan akidahnya,” papar politisi dapil Aceh ini.

(and)