SLEMAN, solotrust.com - Kegiatan Kampus Masuk Desa merupakan perwujudan Tridharma Perguruan Tinggi, bertujuan agar akademisi mampu berkolaborasi, bahkan ikut memikirkan pengembangan dan pembangunan masyarakat pedesaan.
Pengabdian masyarakat dilakukan dosen Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta dari lintas program studi (Prodi) bersama mahasiswa. Kegiatan ini dilakukan dosen Desain Produk Koniherawati bersama dosen Biotek Kukuh Madyaningrana serta mahasiswa Desain Produk Michelle dan Delon (mahasiswa angkatan 2023) Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta.
Pengabdian masyarakat dilakukan di sebuah kampung kecil, tepatnya RT06 RW 16 yang mengelola mini-zoo (kebun binatang kecil) Kampung Satwa, Kelurahan Kedung Banteng, Kecamatan Moyudan, Sleman.
Kampung Satwa ini terbentuk dari hobi seorang warga turun-temurun dan kemudian menular ke beberapa tetangga serta teman-teman warga yang mencintai hewan. Ketersediaan lahan warisan cukup luas untuk membangun beberapa kandang hewan (satwa), baik unggas maupun reptil dari beberapa daerah, seperti Papua, Sumatra, Kalimantan, bahkan Brasil.
Keberadaan Kampung Satwa Kedung Banteng menjadi pilot project atau proyek rintisan untuk kampung wisata, bahkan memberikan edukasi bagi sekolah-sekolah di sekitarnya dengan kunjungan untuk siswa belajar mengenal satwa langka dan dilindungi, bagaimana bentuk, makanan, cara berkembang biak, hingga perawatan.
Kampung Satwa menjadi lebih dikenal sebagai Eco Eduwisata, selain sebagai lokasi wisata sekaligus belajar mengenal satwa dan lingkungannya, bahkan jenis tumbuh-tumbuhan dibudidayakan untuk kelangsungan hidup satwa yang dipelihara.
Melihat adanya kunjungan wisata ke Kampung Satwa, dalam kesempatan kerja sama pengabdian masyarakat antara Prodi Desain Produk Universitas Kristen Duta Wacana dengan Kampung Satwa Kedung Banteng, muncullah ide pelatihan membuat suvenir (cendera mata).
Suvenir di antaranya berupa peluit keramik dengan bentuk satwa yang ada dan daerah Moyudan yang punya potensi tersedianya bahan tanah liat. Ada pula pelatihan teknik batik dengan pewarnaan rhemasol pada warga Kampung Satwa agar mereka dapat memproduksi cendera mata bagi para pengunjung.
Cendera mata menjadi penting, selain sebagai buah tangan, sekaligus visual-branding atas keberadaan Kampung Satwa dalam menunjang Eco Eduwisata. Visual-branding unik (inovatif) akan mudah diingat dan diminati sebagai kenang-kenangan pengalaman wisata dan edukasi yang diperoleh pengunjung.
Oleh karena itu, diperlukan pelatihan bagaimana mencari ide, pengenalan bahan dan teknik pembuatan pada warga Kedung Banteng, khususnya pengelola mini-zoo Kampung Satwa. Kalangan ibu rumah tangga banyak yang tertarik pada belajar membatik untuk dapat diterapkan pada cendera mata berupa tote-bag atau udeng (penutup kepala), atau selendang.
Teknik keramik banyak diminati anak-anak karena dikenalkan dengan bentuk cendera mata berupa peluit bentuk burung dan kura-kura Brasil. Tidak menutup kemungkinan berupa mug, atau produk keramik lainnya yang tetap mempunyai identitas satwa di sana juga diproduksi.
Hal ini menarik agar Kampung Satwa mulai memikirkan regenerasi ke depannya. Keluarga Henk sebagai pelopor keberadaan Kampung Satwa karena hobinya memelihara hewan mempunyai ide menarik untuk menuangkan cerita-cerita fabel pada relief candi-candi, seperti Candi Sojiwan (Kalasan) maupun Mendut (Borobudur) untuk dituangkan dalam visual cendera mata.
Hal itu untuk menggali budaya dongeng anak-anak berisi petuah atau nasihat etika dan moral yang mulai hilang pada perilaku generasi sekarang. Tak sedikit anak-anak terkontaminasi berita media sosial yang banyak unsur kekerasan atau bullying.
Diharapkan melalui cendera mata khas sebagai visual branding Kampung Wisata akan mendatangkan pemasukan materi. Selain itu juga melengkapi tujuan edukasi moral dan lingkungan.
*) Penulis: Koniherawati, dosen Desain Produk Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta
(and_)