Pend & Budaya

Tingkatkan Kapasitas Pendidik, Guru SMK di Boyolali Ikuti TOT Modul Menengah Softskill

Pend & Budaya

20 Agustus 2025 11:29 WIB

Puluhan guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Boyolali mengikuti kegiatan Training of Trainer (TOT) Modul Menengah Softskill. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pendidik dalam membekali siswa dengan keterampilan nonteknis, Selasa (19/08/2025)

BOYOLALI, solotrust.com - Puluhan guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Boyolali mengikuti kegiatan Training of Trainer (TOT) Modul Menengah Softskill. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pendidik dalam membekali siswa dengan keterampilan nonteknis.
 
Kegiatan berlangsung selama beberapa hari ini bertujuan membekali guru agar mampu mengintegrasikan softskill ke dalam pembelajaran, seperti kemampuan komunikasi, kepemimpinan, kerja sama tim, serta etos kerja.
 
Pemateri dari Childfund, Budi Setia mengatakan, pembekalan pertama adalah public speaking. Seorang pengajar harus dapat menguasai materi pembelajaran untuk para siswanya.
 
"Langkah awal dalam pendidikan dan pelatihan (Diklat) adalah public speaking. Hal ini sangatlah penting bagi seorang guru pengajar. Mereka harus menguasai terlebih dahulu public speaking sebelum mengajar agar siswa tidak bosan," katanya, Selasa (19/08/2025).
 
Sementara modul dua ada sepuluh materi dan akan dibagi menjadi empat hari pertemuan. Materi pertama tentang potensi diri yang akan dilihat dalam psikotes. Materi selanjutnya adalah kepercayaan diri dan literasi teknologi.
 
Ada 15 SMK di Indonesia telah bekerja sama dengan Childfund dalam rangka memberdayakan softskill, sehingga karakter anak nantinya dapat berkembang dan menyesuaikan diri.
 
“Tujuannya untuk mengarahkan anak-anak muda dalam berkarya. Itu karena anak di era sekarang ini mengarah pada hal-hal yang sifatnya simpel, tanpa proses,’’ jelas Budi Setia.   
     
Sementara itu, salah seorang guru dari SMKN 1 Sawit Boyolali, Sukardi, mengaku adanya diklat softskill sangat membantu para guru, sehingga hasil dari kegiatan ini dapat diterapkan di sekolah.
 
“Ini angkatan kedua. Pada modul dasar kami arahkan yang kelas sepuluh, sedangkan modul menengah kami arahkan ke kelas sebelas. Ini sangat membantu keberhasilan anak didik,” ungkapnya.  
 
Disebutkan, dalam kegiatan ini ada literasi keuangan, bagaimana para siswa mengelola finansial setelah lulus sekolah. Pengelolaan keuangan setelah lulus sekolah, menurut Sukardi sangat penting, mengingat mereka nantinya akan bekerja. (jaka)

(and_)