Pend & Budaya

Festival Pasca Penciptaan #2 2025: Dari Arsip Tubuh Nusantara Menuju Ruang Pengetahuan Global

Pend & Budaya

4 September 2025 16:27 WIB

Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta kembali menghadirkan Festival Pasca Penciptaan yang tahun ini memasuki edisi kedua

SOLO, solotrust.com – Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta kembali menghadirkan Festival Pasca Penciptaan yang tahun ini memasuki edisi kedua. Festival didukung Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia ini digelar selama tiga hari, yakni pada 7 hingga 9 September 2025 di Teater Besar, Teater Kecil, Teater Kapal, dan pendhopo ISI Surakarta.

Festival ini menjadi ruang apresiasi, refleksi, dan diseminasi bagi karya-karya unggulan mahasiswa Program Magister dan Doktoral Pascasarjana ISI Surakarta, ISI Bali, dan ISI Yogyakarta.



Menampilkan 16 karya terbaik lintas disiplin, mulai dari seni pertunjukan (tari, teater, musik), seni rupa, fotografi, seni media, film, hingga fashion yang berakar pada riset artistik dan refleksi kritis atas budaya Nusantara. Festival ini menegaskan seni bukan hanya ekspresi estetis, melainkan juga pengetahuan yang lahir dari pengalaman tubuh, pikiran, dan imajinasi.

Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, menegaskan Festival Pasca Penciptaan adalah bukti pendidikan tinggi seni di Indonesia tidak hanya melahirkan seniman, namun juga pemikir dan inovator budaya.

“Melalui seni, kita membangun diplomasi budaya, menguatkan identitas, sekaligus membuka ruang pengetahuan global yang berakar dari Nusantara,” ujarnya.

Festival Pasca Penciptaan #2 2025 menghadirkan empat format utama.

1. Seni Pertunjukan

Menampilkan karya teater dari seniman Dwi Suryanto S.Sn., M.Sn, Luna Kharisma, S.Sn., M.Sn (ISI Surakarta), dan Dr. I Gusti Putu Sudarta, SSP., M.Sn (ISI Bali). Karya musik dari seniman Dr. Otto Sidharta (IKJ) dan Yenny Arama, S.Sn., M.Sn (ISI Surakarta). Karya tari dari seniman Dr. Sukrin Suhardi S,Pi., M.Pd (ISBI Tanah Papua), Dr. Darmawan Dadijono M.Sn (ISI Yogyakarta), M. Safrizal S.Sn., M.Sn dan Dr. M. Wasi Bantolo, S.Sn., M.Sn (ISI Surakarta).

2. Seni Rupa

Menghadirkan karya dari perupa Dr. Aries Budi Marwanto, S.Sn., M.Sn dan Vivian Aprida Syafira, S.Sn., M.Sn (ISI Surakarta).

3. Seni Media Rekam

Menyajikan karya film dari sineas Dr. Nur Hidayat, S.Sn., M.Sn (IKJ), Alif Septian Raksono Putra, S.Sn., M.Sn, dan Fanny Chotimah, S.Si., M.Sn (ISI Surakarta); juga karya-karya fotografi dari fotografer Nova Wulan Priyandani, S.Sn., M.Sn (ISI Surakarta) dan Dr. Sn. Muhammad Fajar Apriyanto, M.Sn (ISI Yogyakarta).

4. Show Brain

Menyajikan orasi performatif proses penciptaan sebagai bentuk pertanggungjawaban akademik dan artistik, menghadirkan narasumber Sri Paduka Mangkoenagoro X, Sardono W. Kusumo, Prof. Dr. Dra. Sunarmi, M.Hum., Dr. Susas Rita Loravianti, S.Sn., M.Sn., dan Syaifullah Agam, SE., M.Ec., Ph.D.

Momen penting dalam festival tahun ini adalah Launching An Artistic Innovation Sanctuary, sebuah inisiatif strategis diresmikan Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra.

Program ini dirancang sebagai laboratorium inovasi seni mempertemukan seniman, peneliti, dan masyarakat. Dengan menyatukan aspek indrawi (artistic), akal (innovation), dan jiwa (sanctuary), kawasan ini bukan hanya ruang estetis semata, melainkan ekosistem hidup berorientasi pada kreativitas dan kemanusiaan.

“Kami berharap An Artistic Innovation Sanctuary dapat menjadi simpul strategis bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia bahwa seni Nusantara bukan hanya warisan, tetapi juga masa depan.” tegas Ahmad Mahendra.

Sementara ketua panitia, Eko Supriyanto, menegaskan festival ini bukan hanya ajang apresiasi karya seni, melainkan juga bentuk kontribusi nyata pendidikan tinggi seni terhadap pembangunan kebudayaan nasional. Melalui festival ini, seni diposisikan sebagai medium strategis sebagai diplomasi budaya, penguatan identitas, dan sarana pemberdayaan masyarakat.

Dengan dukungan berbagai pihak, Festival Pasca Penciptaan #2 2025 diharapkan mampu menjadi momentum penting dalam reposisi seni Nusantara di kancah global: “Dari arsip tubuh Nusantara menuju ruang pengetahuan global”.

(and_)