BOYOLALI, solotrust.com - Menjelang bulan suci Ramadan, masyarakat di lereng Gunung Merapi Merbabu mengelar tradisi Sadranan. Masyarakat yang berada di Desa Paras, Cepogo berbondong-bondong ke pemakaman umum desa sambari membawa tenongan, wadah makanan dari bambu.
Tradisi turun- temurun ini dilakukan setiap tahun. Selain untuk mengingat leluhur, sekaligus juga sebagai ajang silaturahmi antarwarga. Tahun ini, Sadranan digelar pada Sabtu (29/4/2018).
Tak hanya di wilayah Cepogo, tradisi Sadranan ini juga digelar di Selo, Ampel dan Musuk dengan waktu yang berbeda-beda dan berakhir saat memasuki Bulan Puasa.
“Ya setiap tanggal 12 (Bulan Syaban) ini selalu mengadakan acara Sadranan untuk menyambut Ramadan,” jelas tokoh masyarakat setempat, Muhammad Supardiyo.
Dia menerangkan, makna dari tradisi ini selain sebagai ajang silaturahmi, juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat yang telah diberikan.
“Makna dari Sadranan ini adalah suatu rasa syukur kita terhadap nikmat Allah yang diberikan kepada warga masyarakat,” terangnya.
Dalam tradisi tersebut, masyarakat melakukan bersih-bersih makam pada pagi harinya. Setelah itu mereka melakukan doa bersama di makam sambil membawa makanan dan minuman yang ditaruh dalam tenong.
Makanan tersebut nantinya setelah selesai mengelar doa, dibagikan kepada semua pengunjung. Warga setempat mempercayai jika makanan yang dibawanya di dalam tenong habis, maka rezekinya akan berlimpah.
Salah satu warga, Joko Pramono, mengatakan tradisi ini sudah berlangsung sejak dulu. Warga sekitar meyakini dengan bersilaturahmi dan ziarah makam, mereka bisa menjalani ibadah puasa Ramadan dengan hati yang bersih.
“Kita ziarah makan, silaturahmi antarwarga, untuk meningkatkan rasa persatuan. Sehingga nanti menjalani puasa berangkat dari hati yang ikhlas,” ujar Joko. (art)
(way)
