BANDUNG, solotrust.com - Empat hari pascaerupsi freatik, Gunung Merapi tak lagi memperlihatkan adanya kepulan asap pada puncaknya. Ini mengindikasikan gunung dengan ketinggian 2.968 m dpl dalam status normal.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan pada Selasa, 15 Mei 2018 visual seputar pos pengamatan dominan berkabut dari pagi hingga siang, asap solfatara juga tidak teramati pada puncak Gunung Merapi.
"Tidak ada tanda-tanda erupsi freatik ataupun lainnya. Gunung Merapi dalam status normal," ungkap Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kasbani di Bandung, sebagaimana dilansir dari laman resmi Kementerian ESDM, esdm.go.id.
Dia menambahkan, pos pengamatan Gunung Merapi selalu memperbarui informasi terkait gunung api aktif itu. Masyarakat dapat mengakses kabar terbaru pada aplikasi Magma Indonesia.
"Silakan dilihat langsung status terbarunya. Kami juga memberikan rekomendasi terhadap kondisi gunung api bagi masyarakat sekitar. Kita semua bisa siaga kalau suatu saat terjadi apa-apa," kata Kasbani.
Erupsi Freatik Gunung Merapi pada Jumat (11/05/2018) lalu muncul secara tiba-tiba. Kepulan asap pada puncak Merapi menimbulkan berbagai macam spekulasi hingga mengakibatkan kepanikan masyarakat. Namun PVMBG merespon cepat dengan memberi pemahaman akurat mengenai erupsi freatik yang terjadi.
"Ini terjadi karena terlepasnya akumulasi gas vulkanik secara cepat, H2O, CO2 dan sebagainya. Dinamika letusan yang terkait freatik sangat lemah, tidak mampu terdeteksi oleh konfigurasi pemantauan yang biasa diterapkan untuk letusan magmatik, memang berbeda," jelas Kepala PVMBG.
(and)