Pend & Budaya

Menyampaikan Pesan Persatuan dan Pancasila Lewat Pentas Seni

Budaya

11 Juni 2018 13:02 WIB

Atraksi barongsai. (solotrust.com/mia)

SOLO, solotrust.com- Teater Kapal ISI Surakarta nampak dipadati oleh pengunjung sekitar pada Minggu sore (10/06/2018). Para pengunjung ini tengah asyik menikmati atraksi barongsai dari Tri Pusaka Solo.

Diiringi suara tabuhan alat musik bedug dan gencreng, para pemain barongsai ini memainkan atraksi di atas lantai dan tumpukan bangku.



Permainan pertama adalah barongsai lantai yang pemainnya mulai dari pelajar sekolah dasar (SD), SMP, SMA, hingga berkeluarga. Meski pemainnya rata-rata masih berusia muda, namun atraksi mereka sangat lincah dan mengundang decak kagum. Sesekali penonton dibuat tertawa oleh tingkah menggemaskan para barongsai.

Kemudian dilanjutkan atraksi mendebarkan di atas tumpukan bangku. Dengan gesit, pemain barongsai loncat dari satu bangku ke bangku lainnya.

Atraksi Barongsai ini merupakan salah satu rangkaian acara pentas seni "Bhinneka Tunggal Ika" yang diadakan oleh kelompok mahasiswa ISI Surakarta yang tergabung dalam Balad Manajemen.

Ketua Panitia Karuna Sabdho Caroko mengatakan, pentas seni ini sengaja diselenggarakan dalam memenuhi tugas mata kuliah manajemen pementasan. Adapun alasan memilih tema "Bhinneka Tunggal Ika" lantaran ingin mengingatkan kembali untuk tetap bersatu dalam perbedaan.

"Kita harus bisa menengahi dari segala agama. Negara kita Pancasila, kita harus bersatu padu," katanya.

Karuna mengatakan, pihaknya telah menyiapkan 6 penyaji yang memiliki latar agama berbeda-beda. Misalnya Tri Pusaka Solo Barongsai yang merupakan pegiat seni dari Konghucu. Kemudian ada juga paduan suara Kristen, Marina Choir.

"Ada juga dari suara 07 Getasan, trus ada Samin Hits. Jadi macem-macem, ada seni tarik suara, seni tari, seni angklung dan atraksi barongsai. Kebanyakan penampilnya berasal dari daerah Solo. Yang dari luar daerah, Cuma suara 07 Getasan dan Samin Hits," terangnya kepada Solotrust.com.

Karuna berharap pentas seni ini dapat membangun sikap saling menghargai dan memahami identitas diri masing-masing.

"Kita itu harus membhinekakan diri kita sendiri, bukan orang lain. Jadi dari diri kita sendiri," tutupnya. (mia)

(wd)