YOGYAKARTA, solotrust.com – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengingatkan generasi muda untuk mewaspadai bahaya proxy wars. Kepala BSSN Djoko Setiadi mengatakan, masyarakat harus turut serta digandeng untuk melawan proxy wars yang dinilai sebagai ancaman keamanan dan kebudayaan asli negara.
Hal itu ia sampaikan saat menghadiri 10 tahun napak tilas sejarah benteng informasi Republik Indonesia di Museum Sandi Yogyakarta bertajuk Museum Sandi Community Program (MSCP), Minggu (29/7/2018). Puncak acara tersebut juga dihadiri Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubono X.
“Senantiasa mengingatkan kita sebagai penggawa keamanan siber Indonesia untuk terus berjuang meneruskan langkah para perintis persandian demi mempertahankan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Djoko Setiadi dalam sambutannya.
Sementara Sri Sultan menilai, bahaya praktik proxy wars dinilai bisa membahayakan keamanan negara. Pasalnya, perang proksi tersebut tidak melibatkan pasukan militer atau kecanggihan teknologi dan persenjataan, namun justru ditujukan pada generasi keempat melalui peralihan budaya. Di mana budaya-budaya asing masuk dalam negara dengan menggeser kebudayaan asli bangsa.
Selain itu, asimilasi budaya dari proxy wars ini memiliki dampak jangka sehingga perlahan dikhawatirkan virus ini akan merusak generasi di Tanah Air.
“Misalnya meliputi penghancuran budaya, ekonomi, perusakan moral generasi muda sebuah bangsa melalui peran generasi keempat atau dikenal dengan G4,” tutur Sultan. (adam)
(way)