SOLO, solotrust.com - Untuk memenuhi kebutuhan para tamu akan kuliner khas Solo, hotel The Royal Surakarta Heritage Solo meluncurkan puluhan menu baru.
Generak Manager The Royal Surakarta Heritage, Antoine Weinstein mengatakan dengan meluncurkan menu baru ini, pihaknya ingin menawarkan pengalaman kuliner baru baik bagi tamu yang menginap maupun tamu yang tidak menginap.
"Tamu dapat menikmati di restoran atau bar di tepi kolam renang kami dengan variasi menu masakan Indonesia, hidangan klasik khas barat dan hidangan tradisional Jawa untuk dinikmati dalam suasana Jawa yang unik ini," tuturnya pada media, Selasa (31/7/2018).
Sebanyak 48 menu tersebut terinspirasi dari kuliner lokal Solo, makanan khas nusantara, masakan Asia bahkan western. Semua sajian merupakan kombinasi menu lama dan menu baru dengan menyesuaikan bahan dan kebutuhan para tamu.
Food & Beverage Director, Imam Munandar menjelaskan menu yang dominan adalah makanan tradisional atau masakan nusantara. Sebab ekspektasi tamu untuk menyantap makanan khas Solo sehingga pihaknya menampilkan seotentik mungkin.
"Supaya siapapun tamu yang mengkonsumsi merasakan masakan yang benar-benar Solo seperti pecel ndeso, nasi liwet, tengkleng, hingga sop buntut," ujarnya.
Dari total menu itu, sebanyak 70 persen adalah lokal Solo dan 30 persen adalah menu lain. Sajian lengkap mulai akanan pembuka, sup, menu utama, dan makanan penutup.
Adapun makanan di luar Solo yang tersaji yaitu, Ayam betutu, nasi bakar Cakalang, Caisar salad, apple tart, millefeuile, enchiladas dan lainnya.
"Untuk tampilan masakan Indonesia pakai gerabah sedangkan masakan internasional dengan hiasan minimalis, dan masakan western tampil klasik tanpa mengurangi rasa," imbuhnya.
Untuk bahan baku menurut Imam, semua didapat lokal tapi beberapa impor namun sudah ada di beberapa market di Indonesia. Namun khusus untuk daging untuk steak tetap impor.
Menu sudah tersedia dan bisa dipesan mulai bulan Agustus. Harga makanan yang ditawarkan variatif, mulai Rp 35 ribu hingga Rp 150 ribu.
"Hotel ini mengedepankan heritage, sehingga kita lebih mengedepankan masakan klasik otentik. Tapi tidak memungkiri ke depan sesuai kebutuhan pasar atau dinamika perubahan yang mengikuti tren," pungkasnya.(Rum)
(wd)