SOLO, solotrust.com - Aksi semaphore yang dilakukan oleh ratusan siswa SMP Al Islam 1 Surakarta di CFD Jalan Slamet Riyadi Solo, Minggu (19/8/2018), memberikan kesan tersendiri bagi salah seorang siswi bernama Sari Handayani.

Sari sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa selama ini semaphore merupakan hal yang awam baginya. Setelah mengikuti kegiatan Pramuka, dirinya perlahan mulai memahami arti penting dari beberapa gerakan tangan dengan alat bendera pada umumnya.

Bendera yang dipakai untuk semaphore berjumlah dua, yang masing-masing ukuran bendera 45 x 45 cm. Bentuknya yang persegi merupakan gabungan dua buah segi tiga sama kaki yang beda warna, umumnya merah dan kuning.

"Dulu saya tidak paham sama sekali lebih jauh tentang semaphore, setahu saya hanya menggerakkan tangan dan bendera saja. Ternyata dibalik itu banyak pengetahuan penting di dalamnya, seperti untuk mengirim pesan dari jarak jauh atau dekat dari satu orang ke orang lainnya atau dalam situasi kedaruratan dan juga melatih daya ingat," kata dia saat diwawancarai.

Di sisi lain, era globalisasi saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi eksistensi Pramuka. Di era globalisasi ini, orang dihadapkan dengan teknologi yang lebih canggih. Orang tidak perlu bersusah-susah berkomunikasi dengan menggunakan morse atau semaphore seperti dalam Pramuka.

"Tujuan aksi semaphore ini untuk menumbuhkan jiwa kepramukaan bagi tiap-tiap siswa, dengan jiwa yang kuat terhadap pramuka, semangat untuk menguasai teknik-teknik pramuka juga lebih tinggi. Di samping itu, kami kenalkan pentingnya semaphore dalam situasi darurat serta dapat melatih kemampuan motorik dan daya ingat. Pasalnya, era penggunaan teknologi saat ini begitu mengurangi minat anak terhadap pengetahuan sandi-sandi dengan alat bendera itu," ujar ketua panitia penyelenggara aksi semaphore, Setyo Septri Hermadi saat diwawancarai di sela kegiatan. (adr)

(way)