Hard News

Indonesia Dukung Ketersediaan dan Kemandirian Obat Negara Anggota OKI

Hard News

22 Agustus 2018 02:31 WIB

Ilustrasi obat-obatan (pixabay.com)

JAKARTA, solotrust.com – Isu tentang ketersediaan akses terhadap obat-obatan, termasuk vaksin menjadi hal pokok tengah dihadapi dunia, khususnya pada negara-negara berkembang. Terkait itu, Indonesia mendukung ketersediaan dan kemandirian obat negara lain.

Menurut WHO, 30 persen orang di dunia kekurangan akses terhadap obat-obatan bersifat life-saving atau penyelamat jiwa. Kondisi ini juga terjadi di beberapa negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan disebabkan keterbatasan kapasitas produksi dari industri farmasi di negara tersebut.



Kepala BPOM RI, Penny K Lukito menyampaikan hanya beberapa negara anggota OKI seperti Indonesia, Iran, Senegal, Uzbekistan, Bangladesh, Tunisia dan Mesir memiliki kapasitas untuk memroduksi vaksin. Sebagian besar negara anggota OKI masih mengandalkan impor guna memenuhi kebutuhan obat-obatan dan vaksin di negaranya.

“Salah satu produsen obat di Indonesia, yaitu PT Bio Farma memiliki produk vaksin terbanyak yang mendapatkan prekualifikasi dari WHO, sehingga diizinkan menyuplai vaksin ke sejumlah negara, termasuk ke 48 negara OKI. Pada Desember 2017, PT Bio Farma ditunjuk sebagai Center of Excellence (CoE) bidang vaksin bagi negara-negara OKI,” ungkapnya dalam siaran pers, Selasa (21/08/2018).

Karena itu, lanjut Penny K Lukito, Indonesia dalam hal ini BPOM RI dinilai memiliki peran kepemimpinan penting dalam mendorong kerjasama strategis di bidang obat. Khususnya guna mendukung ketersediaan dan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan obat-obatan, termasuk vaksin yang aman, bermutu dan terjangkau di negara anggota OKI.

Terkait itu, pada November 2018 negara anggota OKI akan melakukan pertemuan internasional di Jakarta guna membahas isu kemandirian ketersediaan obat dan vaksin. Pertemuan ini akan dihadiri 57 anggota negara OKI, perwakilan WHO dan negara pengamat lainnya.

(and)