SOLO, solotrust.com - Tidak jauh berbeda dari pergelaran tahun sebelumnya, Kirab Malam 1 Sura atau malam pergantian tahun baru Islam masih menjadi magnet ribuan orang dari wilayah Solo dan sekitarnya. Banyak daya tarik yang dikandung dalam tradisi ini, mulai dari kotoran kerbau hingga perlengkapan prosesi kirab.
Kirab Malam 1 Sura diyakini mayoritas penduduk Jawa sebagai momentum yang sacral. Tak pelak ribuan warga dari luar daerah pun berbondong-bondong datang mengunjungi Kota Solo untuk menyaksikan Kirab Kerbau keturunan Kyai Slamet atau dikenal dengan Kebo Bule, beserta iring-iringan pusaka-pusaka dalem milik Keraton Kasunanan Surakarta.
Tradisi uniknya, kotoran dari kerbau ini dan sejumlah perlengkapan kirab, seperti air jamasan kerbau, janur, untaian bunga melati dan lainnya dipercaya oleh warga akan mendatangakan berkah dan keselamatan. Seperti Vika (16) warga Boyolali yang datang bersama keluarganya sejak pukul 20.00 WIB. Ia tidak menyangka diberikan sebuah air jamasan kerbau yang dituangkan dalam sebotol air minum, tidak hanya itu ia juga diberikan untaian bunga melati oleh pendoa kerbau.
"Iya ini dapat air sama bunga, saya percaya nanti akan dapat berkah, nanti rencananya mau saya simpan dan saya minum sebagian," kata Vika kepada solotrust.com.
Sementara itu, Tabitha Putria (22) mahasiswa asal Semarang yang tengah menimba ilmu Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Klaten, saat mendengar di Solo akan ada kirab malam hari ia langsung bergegas bersama kawan KKN-nya untuk berkunjung di Kota Solo. Tabitha begitu antusias, sejak awal hingga akhir prosesi ia abadikan setiap moment demi moment tradisi ini. Ia mengaku baru pertama kali melihat kirab ini.
"Aku baru pertama kali nonton kirab kebo sama pusaka ini, bagi saya ini bagus sekali, saya penasaran soalnya kan ini salah satu kultur Jawa, menurut saya ini unik dan harus dilestarikan," ujar perempuan muda ini.
Lain lagi cerita dari Kartini (60) warga Purwodadi, tidak sia-sia ia jauh-jauh datang kemari, selain memang mengikuti laku kirab bersama kerbau keturunan Kyai Slamet dan sejumlah pusaka, ia mendapatkan penginang, serta air jamasan kerbau. Bahkan, tidak jarang dari prosesi tahun sebelumnya ia mengaku mendapatkan kotoran kerbau keramat itu. Kirab Malam 1 Sura sudah menjadi rutinitas dia setiap tahun sebagai bagian dari Keraton.
"Ini penginang, yang memberi keponakan kanjeng Sinuhun, tadi tidak minta, malah dikasih sendiri, senang sekali saya, tidak semua orang dapat, pokoknya apapun yang berasal dari sini, seperti kotoran, janur dan lainnya kalau diyakini dan diniati bisa tercapai," tukasnya.
"Nanti ini mau saya jemur, terus disimpan, di kamar, sesuai kata pendahulu, ini tadi juga kerbaunya kan sudah didoakan, nanti di rumah juga dipanjatkan lagi doa kepada Gusti Allah, supaya mendapatkan berkah dan keselamatan," imbuh dia.
Sebagaimana diberitakan, tujuh Kerbau Keraton Kasunanan Surakarta keturunan Kyai Slamet menjadi cucuk lampah kirab Malam 1 Sura atau malam pergantian tahun baru Islam 1 Muharram 1440 Hijriyah di Kota Solo, Selasa (11/9/2018) malam.
Sebelum kirab berjalan, pukul 22.50 WIB dilakukan sejumlah prosesi setelah ketujuh kerbau sampai di depan Kori Kamandungan, seperti ruwatan atau tolak bala, dengan memandikan kerbau dengan air kembang dan memberi sesajian berupa kopi, nasi kuning, singkong, pisang, apem dan makanan tradisional lainnya. Dalam prosesi itulah sejumlah warga memperebutkan kotoran kerbau keramat itu.
Kemudian, tepat pukul 23.50 WIB, di depan Kori Kamandungan, iring-iringan Kerbau keramat Keraton yang dikenal dengan Kerbau bule lantaran warnanya yang putih ini mulai berjalan memimpin kirab pusaka-pusaka dalem milik Keraton Surakarta dan laku sejumlah keluarga, kerabat serta para abdi dalem keraton hingga masyarakat.
Adapun rute kirab dimulai dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat kirab berjalan menuju Supit Urang kemudian menuju Koridor Jendral Sudirman, sampai di persimpangan Bank Indonesia belok ke timur di Jalan Mayor Kusmanto.
Selanjutnya, iring-iringan melintasi Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, Jalan Yos Sudarso, Jalan Slamet Riyadi, dan berakhir kembali di Keraton Kasunanan Surakarta. (adr)
(wd)