YOGYAKARTA, solotrust.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) Jumat (14/9/2018) sore membuka Kongres Perempuan Dunia dan Temu Organisasi Perempuan Indonesia di Kota Yogyakarta. Dalam pidatonya, Jokowi menyebut dirinya kurang setuju dengan penyebutan emak-emak untuk kaum perempuan.
Istilah penyebutan ‘The Power of Emak-emak’ sering digunakan pasangan calon presiden Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno untuk kaum perempuan. Meski tidak diungkapkan secara gambling, namun Jokowi menilai jika istilah emak-emak kurang tepat diberikan untuk kaum perempuan Indonesia.
Dengan peran dan sumbangsihnya untuk bangsa selama ini, kaum perempuan lebih tepat disebut sebagai ibu bangsa dibanding emak-emak.
“Jadi saya setuju tadi Bu Giwo menyampaikan, istilah emak-emak (tidak tepat), ibu bangsa (yang tepat),” tekan Jokowi yang langsung disambut tepuk tangan para hadirin.
Jokowi juga mengingatkan kepada ribuan peserta kongres perempuan tersebut jika pemerintahanya sangat konsen dan memperhatikan kesetaraan perempuan, yaitu dengan dibuktikan adanya sembilan menteri di kabinet kerja. Jumlah tersebut sangat berbeda dengan pemerintah sebelumnya yang hanya memberikan tiga atau empat kuota perempuan untuk jabatan menteri.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto Wiyogo. Kowani secara tegas menolak istilah ‘The Power of Emak-emak’.
“Bapak Presiden, kami sudah membuat satu deklarasi, kewajiban perempuan Indonesia sebagai ibu bangsa yang nanti akan kami berikan ke Bapak Presiden,” papar Giwo.
Selaian mengusung slogan generasi milenial, istilah emak-emak menjadi viral belakangan ini karena sering disebut partai oposisi pendukung pasangan presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno dalam beberapa kesempatan saat melakukan pertemuan dengan kaum perempuan, termasuk para pedagang pasar tradisional. (adam)
(way)