SOLO, solotrust.com - Padepokan Keris Brojo Buwono yang berkecimpung dalam dunia perkerisan memberikan workshop pembuatan keris di Kampus 1 Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta, Balekambang, Minggu (30/9/2018).
Tak hanya itu, sebanyak 150 an koleksi keris dari berbagai daerah dan periode zaman juga ditampilkan.
Abito Bamban Yuwono selaku pengelola padepokan mengatakan, acara ini melibatkan 10 orang padepokan dalam memberikan edukasi kepada pengunjung. Pasalnya dalam kegiatan ini ditampilkan pula proses pembuatan keris lengkap dengan menghadirkan segala macam peralatan-peralatannya.
"Kita tampilkan proses pembuatan, ada pembentukan bilah keris, ada pembuatan aksesori seperti warangka, ada juga yang melakukan penempaan membuat bahan pamornya yang dibakar di tungku dengan suhu panasnya sampai 1.000 derajat celcius," kata dia kepada solotrust.com di sela acara.
Para perajin keris tampak mengenakan pakaian berupa kain tanpa motif berwarna putih dengan beraktivitas membuat keris. Ia menuturkan ada maksud dibalik penggunaan pakaian ini.
"Ketika menggunakan pakaian ini saat berkenaan dengan panas membuat efek lebih dingin," terang staf pengajar di Fakultas Teknik Prodi Arsitektur UTP Surakarta itu.
Selain itu, ia menjelaskan total ada 150-an koleksi keris Nusantara berbagai varian dhapur dan pamor yang ditampilkan, di antaranya ada keris dari Sumatera (Nias, Lampung, Bangkinang, Minang), dari Jawa (Surakarta , Padjajaran, Cirebon), Madura, Bali, NTT, Bugis, dan lainnya.
Dirinya berharap, generasi penerus bangsa turut serta dalam pelestarian dan pengembangan dunia keris. Ia menjelaskan, dunia perkerisan adalah multi disiplin ilmu yang harus terus dikembangkan dan banyak kajian ilmunya.
"Sejak 25 november 2005 keris mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai karya agung warisan bagi umat manusia, jadi harus dilestarikan dan dikembangkan," ucap dia.
Pada kesempatan itu, Rektor UTP Tresna Priyana Soemardi menambahkan, secara teknis bilah keris merupakan material komposit yang tersusun dari tiga unsur logam yang berbeda yang disatukan sehingga menjadi bilah keris yang sangat kuat sekaligus indah.
"Multi disiplin ilmu keris meliputi metalurgi, fisika, kimia, politik, sosial, budaya, psikologi, seni dan sebagainya sehingga seyogyanya terus dikaji dan dilestarikan," sambungnya.
Sementara itu, salah seorang pengunjung Yaka Mubarok (18) tampak antusias melihat dan mengamati keris demi keris yang dipamerkan. Ia mengaku senang dan tertarik dengan dunia perkerisan.
"Iya saya suka karena keris itu unik, ukiran dan bentuknya dan penasaran dengan sejarah peninggalan zaman dahulu, tahun pembuatan dan sebagainya," ujarnya.
Bagi dia, penting untuk melestarikan keris sebagai warisan budaya dari nenek moyang yang harus diketahui asal muasal dan manfaatnya bagi generasi zaman sekarang.
"Pameran seperti ini harus sering diadakan apalagi ada workshop dan seminar tentang keris menambah pengetahuan saya," kata mahasiswa semester satu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi UTP Surakarta itu. (adr)
(way)